Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengungkapkan alasan pribadinya sehingga bersikukuh mengembangkan Rumah Sakit (RS) Ainun Habibie.

Ia bahkan terdengar emosional saat mengikuti dialog secara langsung di Radio Suara Rakyat Hulontalo di Gorontalo, Senin.

Ketika menjelaskan tujuan pembangunan RS Ainun, suara Gubernur Rusli jadi terbata-bata, air matanya tidak terbendung.

“Kenapa harus bangun rumah sakit unggulan? Karena banyak pasien kita yang tidak tertolong. Mereka harus dirujuk ke luar daerah bagi yang mampu. Tapi yang tidak mampu, rakyat saya banyak yang pasrah. Biasa ajalnya sudah ditunggu di rumah, ini membuat saya sedih,” ungkapnya.

Menurutnya persoalan hidup dan mati sudah merupakan takdir.

Namun demikian, pemerintah bertugas untuk menyediakan infrastruktur dan fasilitas rumah sakit yang berkualitas dan terjangkau semua kalangan untuk upaya penyelamatan.

Selain itu, RS juga harus didukung juga dengan pelayanan yang terbaik.

“Saya sedih karena masih merasakan dan melihat banyak rakyat saya merasakan pelayanan kesehatan yang belum maksimal. Contohnya kalau datang dengan bentor atau angkot para pelayan rumah sakit biasa saja. Ini hal yang tidak boleh terjadi. Orang sakit sudah cukup dengan sakitnya, jangan lagi ditambah dengan pelayanan yang dibeda-bedakan,” tukasnya.

Sementara itu, sejumlah warga Gorontalo menyampaikan dukungannya terkait rencana pemprov mengembangkan RS Ainun.

Salah seorang warga di Kota Gorontalo, Haris, menilai Gorontalo harus memiliki rumah sakit yang representatif.

Haris menceritakan bagaimana pengalaman menjaga ibunya berobat di RSUP Wahidin, Makassar.

Ibunya, meninggal justru bukan karena sakitnya, namun karena kecelakaan akibat sering bolak balik ke rumah sakit dan indekos untuk menunggu proses operasi.

“Mungkin kalau fasilitas kesehatan di Gorontalo sudah bisa menangani ibu saya, mungkin ibu saya masih hidup. Artinya bukan bermaksud menafikkan kehendak Allah, tapi ini sekedar sharing yang kami rasakan," ujarnya.

Warga lainnya, Yahya Kamil juga menyatakan dukungannya terhadap pengembangan rumah sakit yang dapat menjadi rujukan pasien penyakit jantung, ginjal maupun mata itu.

Ia mengaku berobat di luar daerah membutuhkan kesiapan biaya dan mental yang kuat.

"Kadang saya harus memboyong keluarga untuk berobat dan kami menyewa kamar kos, agar tidak harus bolak balik ke Gorontalo untuk menunggu jadwal pemeriksaan selanjutnya. Itu sungguh menyiksa," tambahnya.


 

Pewarta: Debby H. Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019