Perum Bulog melakukan penyerapan beras lokal di Sulawesi Utara dan Gorontalo sejak  awal 2019 hingga  kini mencapai 2.200 ton, mencapai 52 persen, dari target tahun ini.

Kepala Perum Bulog Divre Sulut Eko Hari Kuncahyo di Manado, Jumat mengatakan hingga akhir tahun nanti, Bulog akan terus melakukan penyerapan beras lokal di Sulut dan Gorontalo.

 Menurut dia, target tahun ini belum tercapai, namun pihaknya akan terus melakukan penyerapan ke petani dengan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

"Kami akan terus melakukan penyerapan beras lokal, bekerja sama dengan petani dan para mitra juga TNI," katanya.

Ia mengatakan penyerapan minim karena harga jual petani yang lebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

"Kami tidak bisa memaksa petani menjual ke Bulog, karena harga jual di pasar masih lebih tinggi yakni di kisaran Rp9.000 hingga Rp10.000 per kilogram," katanya.

Sedangkan, katanya, HPP pemerintah hanya sebesar Rp7.300 per kilogram. Jadi, petani dan pengusaha di penggilingan masih enggan menjual beras ke Bulog.

Apalagi, katanya, Sulut dan Gorontalo bukan daerah sentra produksi gabah sehingga Bulog agak kesulitan menyerap beras petani lokal.

"Harus diakui beras produksi petani di Sulut dan Gorontalo yakni jenis premium sehingga lebih mahal," jelasnya.

Dia menjelaskan namun masyarakat tidak perlu khawatir karena stok beras Sulut cukup banyak dan mampu memenuhi kebutuhan di daerah tersebut.

Stok beras Bulog Sulut saat ini, katanya, hingga tahun 2020 atau dengan ketahanan 10 bulan ke depan yang tersebar di gudang Bitung, Kotamobagu dan kepulauan.

Pewarta: Nancy Lynda Tigauw

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019