Baubau (ANTARA GORONTALO) - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) RI, Tjahjo Kumolo
dianugerahi gelar "La Ode Lakina Kaogesana Lipu" oleh perangkat adat
Kesultanan Buton yang dipimpin Sultan Buton ke-40, H La Ode Muhammad
Izat Manarfa.
Pemberian gelar kehormatan kepada Mendagri itu dilakukan saat ia
melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara
(Sultra), Sabtu.
Dalam petisi yang disampaikan tokoh adat Buton, La Ode Jabaru
mengatakan, pemberian gelar "La Ode Lakina Kaogesana Lipu" kepada Tjahjo
Kumolo merupakan gelar masyarakat Buton sebagai laki-laki yang yang
selalu dimuliakan, dihormati dan dihargai karena kepiawaiannya dapat
diguguh dan ditiru.
Dengan demikian, kata dia, seseorang yang menyandang nama "La Ode"
berati pemberian pujian atau penghargaan kepada seseorang oleh adat
Kesultanan Buton sebagai negarawan atau bangsawan yang selalu berjuang
membangun bangsa, agama dan mempertahankan adat yang menjadikan budaya.
Sedangkan "kaogesana", lanjut La Ode Jabaru, artinya pembesar atau
atasan tingkat kedudukan sosial yang tinggi dalam kesultanan Buton.
Sementara "lakina" berarti pimpinan dalam suatu kadie (kawasan) yang
masyarakatnya menganut agama Islam. Sedangkan "Lipu" merupakan wilayah
yang meliputi negara, daerah, kecamatan, kelurahan dan desa.
"Dengan sebutan La Ode Tjahjo Kumolo Lakina Kaogesana Lipu
sekaligus menjadi warga dan sesepuh Kesultanan Buton yang berdomisili di
Jakarta sebagai Menteri Dalam Negeri," ujar La Ode Jabaru.
Ia mengatakan, sebagai warga sesepuh Kesultanan Buton La Ode Tjahjo
Kumolo senantiasa mengingat kampung halamannya di Kesultanan Buton
terkhusus pada Kabupaten Buton Selatan.
La Ode Jabaru menjelaskan, Kesultanan Buton merupakan sebuah
kesultanan besar karena memiliki kriteria, yakni kesultanan yang
memiliki mata uang yang disebut "kampua" dan memiliki aksara yang
disebut aksara Wolio.
Selain itu, Kesultanan Buton memiliki pusat pemerintahan yang
disebut dengan Sarana Kesultanan Buton dan Kesultanan Buton juga
memiliki benteng yang disebut Benteng Keraton Kesultanan Buton dan
memiliki istana yang disebut "kamali"
"Kesultanan Buton memiliki bahasa persatuan yakni pogau wolio
(bahasa buton). Oleh karena itu, untuk mendekatkan diri dan mengenal
budaya Buton, salah satu pendekatannya mempelajari bahasanya dan
mengenal adat dan budaya," tuturnya.
Pada kesempatan itu, Sultan Buton ke-40, H La Ode Muhammad Izat
Manarfa memberikan cendramata berupa kamus bahasa Indonesia dan bahasa
Wolio setebal 1.311 halaman, dengan harapan agar bahasa Buton dapat
diperkenalkan secara luas, sehingga bisa dikenali.
Sementara itu, Mendagri, Tjahjo Kumolo menyambut baik pemberian gelar yang dianugerahkan kepadanya itu.
Tjahjo Kumolo menyatakan akan selalu mengingat Sultra pada umumnya
dan Buton khususnya, bahkan ia berjanji akan kembali menginjakan kaki di
Tanah Buton.
"Pemberian gelar kehormatan ini merupakan adat dan budaya yang
harus saya jaga, karena ini adalah amanah. Dan saya janji akan datang
lagi ke Tanah Buton ini," tuturnya.
Mendagri Tjahjo Kumolo dianugerahi gelar "La Ode"
Sabtu, 10 Oktober 2015 20:14 WIB