Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta, Jumat sore, bergerak melemah 25 poin menjadi Rp13.568
dibandingkan posisi pada Kamis (5/11) sore Rp13.543 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta,
Jumat mengatakan bahwa pelaku pasar uang tampaknya cenderung masuk ke
aset mata uang kategori safe haven salah satunya dolar AS menjelang rilis data penggajian non pertanian atau non farm payrolls (NFP) dan tingkat pengangguran AS.
"Pasar tampaknya hanya akan fokus pada data NFP dan tingkat pengangguran AS yang diperkirakan sesuai target," katanya.
Ia menambahkan bahwa jika data dari Amerika Serikat itu dinilai
positif oleh pasar maka dapat mempersolid dolar AS dan semakin
mengukuhkan peluang kenaikan suku bunga AS pada bulan Desember nanti.
"Ketua the Fed Janet Yellen menyatakan bahwa kenaikan suku bunga di
bulan Desember masih mungkin. Kondisi itu menambah pengaruh bagi dolar
AS untuk menguat," katanya.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa
data pekerjaan AS pekan ini akan menjadi kunci untuk melihat apakah the
Fed akan menaikkan suku bunganya atau tidak pada bulan Desember
mendatang.
"Jika data yang dirilis positif, hampir dipastikan the Fed akan menaikan suku bunga di bulan Desember," katanya.
Ia mengemukakan bahwa pasar keuangan saat ini melihat peluang
sebesar 58 persen untuk terjadinya kenaikan suku bunga pada bulan
Desember, naik dari 52 persen berdasarkan CME Groups FedWatch program.
Itu adalah ekspektasi terkuat dalam sebulan.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari
Jumat (6/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak memguat menjadi
Rp13.550 dibandingkan hari sebelumnya (5/11) Rp13.603 per dolar AS.
Rupiah Jumat sore melemah menjadi Rp13.568
Jumat, 6 November 2015 20:17 WIB