"Kita optimalkan upaya pencegahan melalui program perlindungan anak secara terencana dan terukur, agar dapat menekan semaksimal mungkin kekerasan terhadap anak dan perempuan di daerah ini," kata Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra, Abdul Wahab Paudi, di Gorontalo, Senin.
Dalam rapat koordinasi yang dihadiri Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Provinsi Gorontalo, Organisasi Perempuan, Kepolisian Resor (Polres), Kejaksaan Negeri, Perguruan Tinggi, Media, serta organisasi perangkat daerah, Wahab mengatakan, kekerasan pada anak di daerah itu cenderung mengalami kenaikan.
Sebanyak 24 kasus kekerasan terhadap anak terjadi di tahun 2021, kemudian naik menjadi 28 kasus di tahun 2022.
Sementara kekerasan terhadap perempuan turun dari 28 kasus tahun 2021, menjadi 24 kasus di tahun 2022.
Data tersebut membuat Pemkab memberi perhatian lebih pada upaya pencegahan kasus kekerasan terhadap anak. Disamping upaya yang kuat mewujudkan Kabupaten Layak Anak.
"Rapat koordinasi gugus tugas Kabupaten Layak Anak pun digelar, sebagai upaya menekan angka kekerasan terhadap anak di daerah ini," katanya.
Mengingat masalah perempuan dan anak menjadi isu nasional. Maka upaya pencegahan menjadi sangat prioritas.
Sekretaris Dinas P3A, Femi Hiola, mengatakan, berdasarkan sistem informasi online perlindungan perempuan dan anak sepanjang tahun 2019 hingga 2021 kekerasan terhadap perempuan dan anak di daerah ini masih tergolong tinggi.
Pada anak didominasi kekerasan seksual, sedangkan perempuan adalah kekerasan fisik.
Pihaknya kata Femi, sementara memprioritaskan pengembangan Kabupaten Layak Anak sebagai pencegahan kasus kekerasan terhadap anak di daerah ini.
"Kita targetkan percepatan terwujudnya Kabupaten Layak Anak sebagai optimalisasi perlindungan kepada anak, termasuk perempuan di daerah," imbuhnya.***
