Makassar (ANTARA) - Organisasi Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia atau The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) mendorong kolaborasi semua pihak untuk turut andil dan bersama-sama mengatasi perubahan iklim yang masih berlangsung.
"Perubahan iklim ini telah menghasilkan dampak yang buruk. Olehnya, berbagai pihak harus bergerak cepat untuk mengatasinya. Diharapkan, kesadaran tentang dampak perubahan iklim ini semakin hari semakin membaik," ujar Ketua Umum SIEJ Joni Aswira saat pembukaan Green Press Community di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Rabu.
Kegiatan tersebut menghadirkan Simpul SIEJ se-Indonesia, organisasi non pemerintah, mahasiswa beserta nara sumber kompeten di bidangnya dalam rangkaian Green Press Community (GPC) 8-9 November 2023 dapat memperluas kesadaran tentang lingkungan hidup dan krisis iklim di Indonesia.
Menurut dia, GPC merupakan langkah baru dalam melibatkan publik. Sebab, menurut dia, isu lingkungan tidak hanya menjadi tanggungjawab jurnalis atau media, tetapi semua lapisan masyarakat.
"Makanya kami menginisiasi kegiatan yang dapat mempertemukan semua pihak. Kita bicarakan langkah-langkah yang bisa dilakukan bersama untuk mengatasi perubahan iklim. Kami persembahkan GPC bagi semua pihak untuk memperluas kolaborasi," papar Joni.
Selain itu, tiga Bakal Calon Presiden Republik Indonesia seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto dijadwalkan hadir pada puncak acara untuk menyampaikan pandangannya mengenai kebijakan terkait lingkungan hidup yang dipersiapkan setelah terpilih.
Anggota Dewan Pers Atmaji Sapto Anggoro dalam diskusi GPC bertajuk Komunikasi, Jurnalisme, AI dan Digitalisasi dalam Isu lingkungan tersebut mengatakan lingkungan merupakan isu yang perlu menjadi perhatian jurnalis. Karena, selama ini isu jurnalisme lingkungan belum menjadi perhatian utama di media dan kontrol sosialnya minim.
"Undang-undang Pers nomor 40 tahun 1999 Bab II, pasal 3 ayat 1 di situ disebutkan peran pers selain mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, juga kontrol sosial. Kami prihatin terkait lingkungan, dan banyak kerusakan lingkungan akibat manusia atau dampak kebijakan," paparnya.
Oleh karena itu, persoalan lingkungan perlu menjadi perhatian serius jurnalis guna membantu dalam penanganan isu lingkungan. Sebab, lingkungan adalah bagian dari peradaban dan masih ada kesempatan untuk mengelola dan menjaga lingkungan melalui teknologi.
"Saya berharap dari kegiatan ini berkelanjutan dan para jurnalis selalu ingat dengan kontrol sosial. Jika tidak menjalankan amanah itu, sama saja bukan jurnalis yang bertanggungjawab terhadap kondisi di sekitarnya," kata Sapto, wartawan senior ini menekankan.
Peneliti Monash Climate Change Communication Reserach Hub Derry Wijaya, menyampaikan teknologi terus berkembang bahkan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, telah menjadi perhatian salah satu bersinggungan adalah kelompok jurnalis.
"AI itu bagaikan pisau bermata dua, bisa membunuh atau memasak. AI juga bisa dipergunakan untuk hal baik atau buruk. Jika dipergunakan dengan baik, AI bisa menyaring informasi hoaks dan ujaran kebencian yang selama ini tersebar di dunia maya," katanya.
Diskusi ini juga dihadiri narasumber lainnya, yakni Direktur Komunitas Konservasi Indonesia Warsi (KKI-Warsi) Adi Junedi, Head of United Nations Information Center (UNIC) Indonesia Miklos Gaspar, dan Communication Lead Microsoft Indonesia Keren Kusnadi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: SIEJ Green Press Community kolaborasi atasi perubahan iklim