Makassar (ANTARA) - Organisasi masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia atau The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) terus mendorong wartawan ikut bersama aktivis lingkungan dan lembaga masyarakat sipil menyuarakan kampanye penyelamatan lingkungan sebagai upaya mengatasi krisis iklim.
"Salah satu upaya kami dengan mengelar Green Press Community (GPC) untuk memperluas kesadaran tentang lingkungan hidup serta bagaimana menghadapi krisis iklim di Indonesia," ujar Ketua Umum SIEJ Joni Aswira Putra di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Kamis.
Kegiatan GPC tersebut mempertemukan berbagai narasumber kompeten di bidang lingkungan dan pihak terkait serta melibatkan ratusan peserta dari berbagai kalangan termasuk pers, organisasi non pemerintah, dan mahasiswa, untuk bersama menyuarakan perubahan iklim
Wakil Pemimpin Redaksi Liputan6.com Elin Yunita Kristanti dalam diskusi bertema Narasi Media dan Peran Perempuan Dalam Konservasi Laut dan Pesisir mengungkapkan pemberitaan terhadap isu lingkungan masih minim. Padahal isu lingkungan gencar disuarakan masyarakat dan aktivis yang peduli kerusakan lingkungan.
"Kenapa media jarang membahas lingkungan, media tidak sedang baik-baik saja dan kehilangan dua hal yaitu revenue dan pembaca. Kita juga harus mengikuti apa yang diikuti oleh tren, karena kita butuh survive (finansial)," katanya.
Meski demikian Elin berharap konten terkait isu lingkungan dapat ditingkatkan kualitasnya, misalnya menangkap berbagai pengalaman aktivis atau penggiat lingkungan saat melakukan aksi kampanye di lapangan atau kisah masyarakat yang terdampak.
Nara sumber lainnya dari Penggerak Kelompok Perempuan Pulau Pari, Asmania, yang merupakan korban terdampak abrasi lingkungan telah bergerak menanam ribuan mangrove bersama wisatawan yang berkunjung ke pulaunya. Tetapi Kondisi kehidupan masyarakat di pulau setempat sedang tidak baik-baik saja.
"Ketika kami menanam mangrove, di sisi lain gugusan Pulau Pari terjadi reklamasi besar-besaran. Itu yang menyebabkan terumbu karang rusak, suami-suami juga susah melaut dan kami perempuan di sana harus bekerja ganda untuk memenuhi kebutuhan," tuturnya.
Diskusi tersebut juga menghadirkan Manager Program Kelautan Yayasan Konservasi Alam Nusantara Hilda Lionata , Ocean Program Manager EcoNusa Mida Saragih dipandu Bhekti Suryani dari SIEJ dan Menteri Kelautan dan Perikanan 2014-2019 Susi Pudjiastuti selaku pembicara kunciSebelumnya Anggota Dewan Pers Atmaji Sapto Anggoro mengungkapkan perubahan iklim menjadi isu lingkungan terbesar yang sering disorot oleh pemberitaan di Indonesia atau sekitar 31,8 persen.
Data itu dari pemantauan Big Data Monitoring Newstensity yang dilakukan pada periode 1 Januari-31 Oktober 2023 dengan media yang dipantau yakni 17.544 media online, 437 media cetak, dan 176 media elektronik.
"Tercatat ada 398.201 berita terkait dengan isu lingkungan di Indonesia. Hasilnya, menunjukkan isu perubahan iklim menjadi isu lingkungan yang paling banyak disorot dengan porsi 31,8 persen," kata Sapto Anggoro.
Ia juga menyerukan agar narasumber isu perubahan iklim ditambah dengan pengamat agar lebih akseleratif.