Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Pengamat energi dari Center of Energy and
Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman mendukung pernyataan Menteri ESDM
Ignasius Jonan yang meminta PT PLN (Persero) lebih fokus pada transmisi
tenaga listrik ketimbang masuk pada bisnis panas bumi.
"Upaya PLN masuk bisnis panas bumi sebenarnya bisa saja, karena
perusahaan itu bergerak di bidang energi. Namun ada BUMN lain yang lebih
berkompeten dan punya kemampuan mengelola panas bumi yaitu PT
Pertamina," kata Yusri, ketika dihubungi di Jakarta, Kamis.
Menurut Yusri, Pertamina sesungguhnya lebih siap karena perusahaan
ini terbukti berpengalaman mengembangkan panas bumi seperti Gunung
Rajabasa, Dieng dan Lahendong.
Menurut catatan Yusri, Dinas Geothermal Pertamina pertama dibentuk
1974 dan pertama mengirim orang ke New Zealand Tahun 1979. "Soal panas
bumi, Pertamina lebih ekspert. Bahkan jauh sebelumnya perusahaan itu
sudah mengembangkan sumber daya manusia dengan menyekolahkannya ke New
Zealand", katanya.
Untuk itu, ia mendukung PLN agar fokus dalam menuntaskan target
program penyediaan transmisi listrik 35.000 MW yang merupakan tugas dari
pemerintah.
Sebelumnya diberitakan, Menteri ESDM Ignasius Jonan mengkritisi
keinginan manajemen PLN yang berminat masuk dalam pengelolaan panas
bumi, karena maslaah utama distribusi tenaga listrik saja belum tuntas.
Jonan mengakui bahwa rasio elektrifikasi Indonesia saat ini sudah
mencapai 88,3 persen, namun belum merata, karena itu pembangunan
transmisi tenaga listrik mutlak dilakukan agar distribusi kelistrikan
merata di wilayah Tanah Air.
Selama ini, rasio elektrifikasi hanya mmenghitung konsumsi listik
rumah tangga tanpa menghitung fasilitas umum dan fasilitas sosial yang
terdapat di wilayah bersangkutan.
Seperti diketahui, PLN berminat untuk mengakuisisi 50 persen saham
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) untuk kembali menggiatkan lini
bisnis panas bumi. PLN pun diketahui akan ikut lelang Wilayah Kerja
Panas Bumi (WKP) Salak dan Darajat milik Chevron.
Di sisi lain, pemerintah menargetkan pembangunan transmisi pada megaproyek 35.000 MW bisa mencapai 46.597 kilometer.
Saat ini sepanjang 16.079 km atau 35 persen, sudah memasuki
pelaksanaan konstruksi dan sepanjang 26.709 km memasuki masa pra
konstruksi.
Sedangkan transmisi yang sudah beroperasi tercatat sepanjang 3.809 km, atau 8 persen dari target.
Pertamina dinilai lebih kompeten mengelola panas bumi
Kamis, 27 Oktober 2016 23:19 WIB