Purwokerto, Jawa Tengah (ANTARA GORONTALO) - Generasi muda saat ini perlu
dimobilisasi dan diberi pencerahan untuk ikut mengembangkan sektor
pertanian, kata mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purnawirawan)
Moeldoko.
"Ini karena kondisi pertanian kita kurang menjanjikan. Kalau kita
coba dari kondisi yang kurang menjanjikan menjadi menjanjikan, maka saya
pastikan banyak yang akan bergabung dengan kita (petani)," kata alumnus
Akademi Militer pada 1981 itu, di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa
Tengah, Sabtu.
Moeldoko mengatakan hal itu kepada wartawan usai menjadi pembicara
dalam Forum Kepemimpinan Pertanian : Membangun Cinta Generasi Muda
terhadap Pertanian Indonesia" di Graha Widyatama, Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto.
Peraih bintang Adhi Makayasa 1981 saat lulus dari Akademi Militer
itu mencontohkan dalam mengembangkan pertanian, dia memerlukan
pendampingan dari sarjana maupun sekolah kejuruan.
"Dia (pendamping) saya beri tanggung jawab untuk mendampingi petani
(dengan luas lahan) 30 hektare. Itu gajinya kurang lebih Rp5 juta dalam
satu bulan, cukup menjanjikan," kata pemimpin M Foundation itu.
Dengan demikian, kata dia, ada sisi-sisi lain yang bisa digerakkan
bagi anak-anak muda bangsa Indonesia untuk kepentingan petani.
Menurut dia, pihaknya "berburu" mahasiswa ke perguruan-perguruan
tinggi untuk mengajak mereka mengembangkan sektor
pertanian. "Alhamdulillah banyak yang mau bergabung," katanya.
Menurut dia, usaha-usaha pemerintah menarik minat generasi muda
untuk menekuni sektor pertanian sebenarnya cukup kuat namun
konsentrasinya kurang.
Dia mencontohkan banyak kebijakan-kebijakan yang belum
bersinggungan langsung dengan kesejahteraan petani. "Kalau itu terjadi,
maka pasti keikutsertaan anak-anak kita menjadi semakin sepi," katanya.
Lebih lanjut, Moeldoko mengaku banyak orang bertanya mengapa
pascabertugas sebagai Panglima TNI dengan pangkat terakhir Jenderal, dia
lebih memilih menangani pertanian daripada mengelola pertambangan atau
lainnya.
Menurut dia, hal itu disebabkan dirinya lahir sebagai anak petani.
"Saya juga ingin memberikan kontribusi walaupun kecil, ingin
mengubah sesuatu, karena pertanian yang saya jalankan dan saya yakini,
yang pertama saya berusaha untuk memuliakan tanah. Tanah yang rusak
menjadi baik," katanya.
Ia mengatakan yang kedua, meningkatkan produksi petani dari 4-5 ton per hektare menjadi minimum 8-10 ton per hektare.
Selain itu, kata dia, produk yang dikembangkan adalah organik sehingga generasi ke depan menjadi sehat.
Menurut dia, lahan pertanian di Indonesia semakin sempit dan
kondisinya sudah jenuh atau rusak akibat penggunaan urea serta pestisida
yang berlebihan.
"Pemerintah memang sedang bekerja meningkatkan jumlah keluasan
lahan tetapi itu bukan jawaban satu-satunya. Jawaban yang lebih tepat
adalah bagaimana meningkatkan produktivitas," katanya.
Ia menegaskan produtivitas merupakan jawaban yang harus dilakukan
dan pihaknya sedang bekerja bersama Kementerian Pertanian untuk
melangkah ke hal itu.
Moeldoko: Generasi muda perlu dimobilisasi kembangkan pertanian
Sabtu, 29 Oktober 2016 22:03 WIB