Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar
bank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah sebesar 22 poin
menjadi Rp13.452, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.430 per dolar
AS.
"Tekanan pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terjadi, inflasi
dan defisit menjadi fokus pelaku pasar," kata ekonom Samuel Sekuritas
Rangga Cipta di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan bahwa walaupun inflasi cukup terjaga di level rendah
pada tahun ini, namun pada 2017 mendatang trennya cenderung naik.
Selain itu, defisit fiskal yang berpotensi lebih lebar dari perkiraan
pemerintah pada 2016 ini menyusul pendapatan amnesti pajak periode kedua
yang masih minim turut mempengaruhi laju mata uang domestik.
Kendati demikian, lanjut dia, daya tarik imbal hasil yang cukup
tinggi dari surat utang negara (SUN) serta ekspektasi membaiknya
pertumbuhan ekonomi akibat kenaikan harga komoditas bisa mengembalikan
sentimen positif terhadap rupiah di jangka menengah.
"Harga minyak masih cenderung menguat memanfaatkan momentum
pemangkasan produksi anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak
Bumi (OPEC)," katanya.
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada
mengatakan bahwa data pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Amerika
Serikat periode kuartal ketiga 2016 yang membaik menjadi 3,5 persen,
lebih tinggi dari ekspektasi 3,2 persen masih menopang dolar AS.
Namun ia mengharapkan bahwa sentimen dari penilaian Fitch Ratings
(Fitch) yang telah meningkatkan "outlook credit rating" Indonesia pada
"long term foreign" dan "local currency issuer default rating" menjadi
positif serta rencana Bank Indonesia dan pemerintah untuk mengupayakan
inflasi tahunan tidak melebihi 4 persen dapat mempertahankan rupiah
stabil.
Rupiah Selasa pagi melemah 22 poin
Selasa, 27 Desember 2016 13:15 WIB