Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(Menristekdikti) Mohamad Nasir meminta kampus-kampus kecil yang tidak
mampu membiayai operasionalnya untuk bergabung dengan kampus lain.
"Kami
mengarahkan perguruan tinggi yang tak mampu membiayai operasionalnya,
untuk bergabung. Siapa yang melakukan merger, ya mereka sendiri," ujar
Nasir di Jakarta, Selasa.
Meski menyarankan merger, pihaknya tidak mengharuskan perguruan
tinggi itu untuk merger. Perguruan tinggi yang melakukan merger haruslah
dengan sukarela.
"Pemerintah tidak memaksa, tapi pemerintah ingin perguruan tinggi
kuat. Bagi yang mau silahkan merger, bagi yang tidak mau tidak
apa-apa."
Penggabungan perguruan tinggi itu, lanjut dia, paling mudah
dilakukan pada satu yayasan. Kemristekdikti akan memberikan fasilitasi
bagi perguruan tinggi yang ingin melakukan merger.
"Merger ini dilakukan agar perguruan tinggi itu kuat, apalagi
pada era persaingan global ini, perguruan tinggi haruslah kuat dan
menghasilkan tenaga kerja yang mampu bersaing," jelas dia.
Sementara itu, Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) Profesor Suyatno
mengatakan pihaknya juga menghimbau perguruan tinggi yang terkendala
biaya operasional untuk bergabung.
"Contohnya, perguruan tinggi dibawah naungan Muhammadiyah yang
jumlahnya 165, idealnya hanya 100 perguruan tinggi saja," kata Suyatno
yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Buya Hamka itu.
Dalam waktu dekat, tiga perguruan tinggi Muhammadiyah di Palopo,
Kendal, Lamongan dan Samarinda akan menjadi satu dan membentuk
universitas. Perguruan tinggi yang bergabung tersebut sebelumnya
berbentuk sekolah tinggi ilmu ekonomi, sekolah tinggi keguruan dan ilmu
pendidikan, dan sekolah tinggi ilmu kesehatan.
"Penggabungan perguruan tinggi ini bagus, agar universitas menjadi kuat," kata Suyatno.
Menteri minta perguruan tinggi pailit merger saja
Selasa, 14 Februari 2017 19:51 WIB