Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Bank Indonesia akan mengantisipasi dampak
kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed,
diperkirakan akan dilakukan pada semester II-2017 mendatang.
"Indonesia ini faktor eksternalnya kan besar. Untuk pendanaan
datangnya dari luar negeri, jadi faktor kenaikan suku bunga AS kalau
komunikasi The Fed kurang baik, itu bisa menimbulkan gejolak lagi," kata
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, usai rapat kerja dengan
Badan Anggaran DPR RI, di Jakarta, Kamis malam.
Menurut Mirza, komunikasi The Fed ke pasar kini sudah lebih baik
dibandingkan tiga tahun lalu, terutama dalam empat kenaikan suku bunga
terakhir.
"Jadi harapan kami, walaupun ada kenaikan suku bunga AS nanti pada
September atau Desember itu, pertumbuhan ekonomi kita masih bisa tetap
terjaga stabilitasnya," ujar Mirza.
Pertumbuhan ekonomi sendiri, BI optimistis ekonomi domestik pada
semester II-2017 akan tumbuh lebih baik dibandingkan semester I bisa
mencapai 5,3 persen.
Proyeksi bank sentral tersebut didasarkan pada sejumlah faktor yang
akan mendorong ekonomi ke arah yang lebih positif, seperti harga
komoditas yang mulai membaik, investasi dan pertumbuhan kredit yang
meningkat, dan belanja pemerintah yang lebih baik pada semester kedua.
Pemerintah dalam RAPBN Perubahan 2017 yang tengah dibahas dengan
DPR, menyapakati asumsi pertumbuhan ekonomi meningkat 0,1 persen menjadi
5,2 persen dibandingkan asumsi dalam APBN 2017 sebesar 5,1 persen.
Konsumsi rumah tangga yang diprediksi sedikit membaik, dan kinerja
ekspor impor yang diproyeksikan akan semakin positif karena peningkatan
harga komoditas dunia, menjadi alasan pemerintah.
BI antisipasi kenaikan suku bunga AS
Jumat, 14 Juli 2017 8:32 WIB