Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta pada Jumat sore bergerak naik tipis sebesar tiga poin menjadi
Rp13.987 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.990 per dolar AS.
Analis pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta,
Jumat mengatakan bahwa nilai tukar rupiah bergerak menguat setelah
mengalami fluktuasi di tengah antisipasi kenaikan suku bunga the Fed
pada September tahun ini.
"Sentimen dari dalam negeri melalui kebijakan pemerintah yang akan
fokus untuk menggerakan sektor riil cukup mampu mengimbangi sentimen
eksternal," ujarnya.
Ia menambahkan adanya pernyataan dari Presiden RI Joko Widodo bahwa
pemerintah sudah menyiapkan kebijakan-kebjiakan untuk menghadapi dolar
AS diharapkan segera dilaksanakan. Jadi, tidak hanya sekedar wacana di
pasar saja.
Kendati demikian, lanjut dia, nilai tukar rupiah masih berpotensi
tertekan jika data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat kuartal
kedua dan data tenaga kerjanya menunjukan hasil positif, data itu akan
mendorong the Fed menaikan suku bunganya pada September nanti.
"Sejauh ini, sebagian investor masih meyakini the Fed akan menaikan
suku bunga pada September, maka itu penguatan rupiah masih cenderung
terbatas," kata Rully Nova.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan
bahwa jika rilis data PDB Amerika Serikat memperkuat maka peluang
kenaikan suku bunga acuan the Fed pada bulan September tahun ini akan
terbuka lebar.
"Para pejabat the Fed juga sedang membahas isu inflasi AS yang
masih rendah. Penguatan dolar AS bisa semakin tinggi bila data inflasi
tidak jauh dari estimasi pasar," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat
(28/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp14.011
dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.128 per dolar AS.
Rupiah naik tipis menjadi Rp13.987 per dolar
Jumat, 28 Agustus 2015 18:46 WIB