Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Seorang pembelot Korea Utara berkata kepada Sky
News bahwa dukungan rakyat negeri itu kepada pemimpinnya, Kim Jong-un,
adalah jauh lebih lemah dari gambaran yang selama ini ditampilkan rezim
Pyongyang.
Menurut dia, kendati televisi Korea Utara memamerkan
puja puji massal rakyat Korea Utara kepada Kim Jong-un, tetapi unjuk
kesetiaan rakyat Korea Utara itu terjadi karena dipaksa oleh ketakutan.
Si
pembelot meminta namanya dirahasiakan karena anak perempuannya masih
berada di Korea Utara dan akan berbahaya jika identitasnya dikenali.
Meskipun demikian dia ingin dunia tahu kebenaran mengenai bagaimana
sebenarnya hidup di bawah rezim Kim Jong-un.
Dia mengungkapkan
kehidupan rakyat Korea Utara makin sulit saja dan diam-diam banyak orang
mengkritik pemimpinnya namun tak ada yang berani mengutarakannya di
depan publik.
"Jika Anda mengkritik Kim Jong-un maka Anda akan
dipenjara dan tidak akan kembali. Di Korea Utara Anda boleh melakukan
apa saja asal bukan mengkritik keluarga Kim. Jika Anda tertangkap,
meskipun punya uang banyak, Anda tak akan selamat," kata si pembelot.
"Sistem
yang mengerikan. (Di kamp-kamp) Anda dipaksa bekerja dan Anda hidup
tidak lebih baik dari anjing atau babi. Lebih baik mati," sambung dia.
Sky
Sports lalu menunjukkan cuplikan video dari Pyongyang yang
memperlihatkan ribuan orang berbaris dalam apel kesetiaan kepada Kim
Jong-un di pusat kota itu.
Komentar si pembelot adalah, "Rakyat
sipil ini, jika pemerintah berkata mereka mesti hadir, maka mereka akan
dikumpulkan oleh sistem, mereka dipaksa untuk hadir, mereka tak punya
kebebasan untuk berkata tidak."
"Semua ini untuk Kim Jong-un,
semua ini untuk keluarga Kim. Rakyat takut. Di permukaan rakyat seperti
terlihat berterima kasih, tetapi tak ada satu pun yang asli."
Dia
menyatakan animo rakyat Korea Utara untuk mendapatkan informasi dari
luar negaranya semakin tinggi, namun kontrol rezim atas informasi juga
semakin ketat.
"Orang-orang khawatir tidak ada lagi tempat di
dunia ini yang semiskin Korea Utara. tidak ada lagi negara yang
menderita separah rakyat kami. Kami mengikuti sistem bukan karena kami
suka, kami mengikutinya karena kami takut. Tak pernah karena kami
menyukainya."
"Bahkan orang militer, kopral atau kapten. Saya
pernah ke rumah mereka, mereka hidup miskin. Sebenarnya kebanyakan
orang tidak punya loyalitas. Anda tak bisa mempercayai apa yang ada di
televisi, semuanya paksaan."
Testimoni pembelot Korea Utara: kami dipaksa, kami takut
Senin, 14 Agustus 2017 17:16 WIB