Genre film horor di tingkat global kembali merebak sejak beberapa dekade
terakhir, dengan kemunculan berbagai film seperti "28 Days Later"
(2002) dari Inggris, "Let The Right One In" (2008) dari Swedia, dan "The
Conjuring" (2013) dari Amerika Serikat.
Sedangkan di kawasan Asia dan Oceania dapat disebutkan sejumlah film
horor yang melegendaris seperti beberapa film dari Jepang yaitu "The
Ring" (1998), "Audition" (1999), "Ju-On: The Grudge" (2002), hingga "The
Babadook" (2014) dari Australia.
Di Indonesia, film "Pengabdi Setan" dapat disebut sebagai karya yang
barangkali dapat merevitalisasi kembalinya film horor nusantara yang
mengerikan juga sekaligus berkualitas, terutama dalam aspek skenario
atau penceritaan.
Telah disebutkan di sejumlah media bahwa film tersebut merupakan remake atau upaya membuat kembali film "Pengabdi Setan" yang pernah muncul pada tahun 1980, yang digarap Sisworo Gautama Putra.
Sedangkan Joko Anwar, yang menyutradari film "Pengabdi Setan" versi
tahun 2017 ini, mengaku sebagai penggemar film versi 1980, sehingga
berupaya untuk merevitalisasi karya tersebut.
Secara garis besar, "Pengabdi Setan" baik yang versi tahun 1980
maupun 2017 memiliki kesamaan sebagai satu keluarga yang tidak rajin
beribadah dan mendapatkan gangguan alam gaib.
Pada film versi 2017 ini, kisahnya berawal dari Rini (diperankan
oleh Tara Basro), yang meminta hasil uang royalti kepada sebuah
perusahaan rekaman.
Permintaan itu karena perusahaan rekaman tersebut dahulu pernah
merilis album musik dari ibunda Rini (Ayu Laksmi). Namun, permintaan
tersebut ditolak secara halus.
Uang tersebut sangat dibutuhkan oleh Rini dan keluarganya untuk
biaya pengobatan sang ibunda yang terus-menerus sakit dan karena
kekurangan biaya, terpaksa dirawat di rumah mereka sendiri.
Rini sendiri tinggal di rumah neneknya (Elly D. Luthan),
bersama-sama dengan ayahanda (Bront Palarae), dan ketiga adiknya, yaitu
Toni (Endy Arfian), Bondi (Nasar Annuz), dan Ian (Muhammad Adhiyat).
Sejak beberapa adegan pertama, penonton juga telah dibawa untuk
melihat sosok sang ibunda yang sakit-sakitan sehingga hanya bisa
terbaring dengan lemah di tempat tidur.
Jika ingin memanggil anggota keluarganya untuk mendapatkan
perhatian, maka sang ibunda menggunakan lonceng (yang di sepanjang film
ke depannya menjadi kerap diasosiasikan sebagai penanda munculnya adegan
yang mengerikan).
Namun, sang ibunda akhirnya meninggal dunia, yang membuat sang ayah
juga terpaksa pergi untuk sementara guna mendapatkan uang yang
dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari mereka.
Semenjak meninggalnya ibu, Rini dan ketiga adiknya kerap mendapatkan
gangguan dari sejumlah hal-hal gaib, seperti Toni yang didatangi arwah
ibunya di kamarnya malam hari.
Selain itu, Bondi dan Ian (yang menempati satu kamar secara
bersama-sama) juga dikejar oleh sosok halus berselimut yang muncul di
hadapan pigura foto dari sang ibu.
Keluarga Rini dekat dengan keluarga pak Ustaz, yang sesuai
profesinya merupakan alim ulama yang berada di kawasan tempat tinggal
mereka yang digambarkan agak terpencil dan berada di daerah pinggiran.
Pak Ustaz (Arswendi Nasution) memiliki seorang anak, Hendra (Dimas Aditya), yang memiliki ketertarikan dengan Rini.
Hendra juga beberapa kali membantu Rini dalam mencari tahu terkait
dengan berbagai gangguan mistis yang menerpa para anggota keluarganya.
Upaya yang dilakukan Hendra dan Rini membuahkan hasil ketika mereka
menemui Budiman (Egy Fedly), yang merupakan sahabat lama dari ibu Rini.
Dari informasi yang diucapkan Budiman, lambat laun terkuaklah
mengenai berbagai hal yang memunculkan kengerian secara terus-menerus di
rumah keluarga Rini.
Dalam aspek penceritaan, film berdurasi 107 menit itu layak
mendapatkan pujian karena berhasil mengokohkan plot yang mengalir dan
memiliki ketersambungan yang baik antara satu adegan dengan adegan
lainnya.
Selain itu, sejumlah dialog yang dilontarkan antara para pemain juga
tidak "kering" antara lain kerap diwarnai oleh sejumlah kalimat atau
celetukan yang mengundang tawa.
Begitu pula dengan akhiran film yang juga bisa menimbulkan semacam
plot "twist" atau akhiran yang tak terduga. Skenario dari "Pengabdi
Setan" juga ditulis oleh Joko Anwar.
Dalam film versi 2017 ini juga dimunculkan seorang wanita bernama
Darminah. Ini mungkin sebagai bentuk penghormatan kepada film versi
1980, di mana terdapat pengurus rumah tangga dengan nama yang sama.
Untuk film yang berlatar belakang tahun 1981, berbagai pernak-pernik
seperti bus kota era itu hingga gaya pakaian serta rambut ala dekade
tahun 1980-an juga muncul dengan elok di beberapa adegan.
Sedangkan akting yang dimainkan oleh para pemain cilik dan remaja
dalam film itu juga tidak mengecewakan, terutama akting Muhammad Adhiyat
sebagai anak bungsu yang menggemaskan.
Namun, memang dalam hal teknis pengambilan gambar, masih terlihat
kurangnya variasi dalam sudut pengambilan gambar, sehingga dalam
sejumlah adegan tampak terkesan monoton karena kamera hanya mengambil
dari sisi itu-itu saja.
Meski demikian, secara keseluruhan film "Pengabdi Setan" sedikit
banyak dapat memuaskan dahaga penikmat film Tanah Air untuk mendapatkan
horor yang berkualitas.
"Pengabdi Setan" hidupkan kembali kengerian film nusantara
Rabu, 4 Oktober 2017 17:41 WIB