Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Bank Indonesia menegaskan program penggratisan
kartu uang elektronik hanya untuk biaya kartunya saja, namun saldonya
tetap harus dibeli atau dibayar pengguna.
Direktur Elektronifikasi dan Inklusi Keuangan Departemen Pengawasan dan
Kebijakan Sistem Pembayaran BI Pungky Purnomo Wibowo di Jakarta, Rabu,
menjelaskan biaya kartu yang sebesar Rp20.000-Rp30.000 akan ditanggung
oleh perbankan dan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT). Namun, saldo uang
elektroniknya tetap dibayar pengguna saat pengguna tersebut membeli
kartu uang elektronik.
"Misalnya, biaya kartunya ditanggung Rp10 ribu oleh bank, Rp10 ribu
oleh BUJT. Kartunya harganya jadi nol. Masyarakat tetap harus beli
saldonya," ujar dia.
Pungky juga mengklarifikasi mekanisme untuk mendapatkan kartu uang
elektronik itu, yakni sama saja dengan sebelumnya. Masyarakat yang akan
menggunakan jasa tol dapat membeli kartu uang elektronik tersebut dengan
hanya membayar saldonya, saat hendak memasuki pintu tol.
"Mendapatkannya adalah beli isi saldonya tersebut di pintu jalan tol jika masyarakat bertransaksi di sana," ujar dia.
Dia menegaskan tidak ada pembagian kartu uang elektronik gratis secara massal.
Program penggratisan biaya kartu itu merupakan keberlanjutan program
diskon 50 persen biaya kartu pada 17 Agustus 2017-31 September 2017.
Oleh karena antusiasme masyarakat, kata Pungky, perbankan dan Badan
Usaha Jalan Tol (BUJT) memperpanjang dan memperbesar program diskon
tersebut.
"Kalau dulu 17-31 September 2017 diskon 50 persen. Nanti sampai 31
Oktober 2017 diskonnya 100 persen. Jadinya biaya kartunya ditanggung,"
ujar dia.
BI tegaskan saldo uang elektronik tidak gratis
Rabu, 11 Oktober 2017 13:31 WIB