Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Bank Indonesia diharapkan mampu menaikkan kurs
rupiah atas dolar Amerika sebagai antisiapsi pertumbuhan ekonomi AS yang
menguat akhir-akhir ini.
President Director Center for Banking
Crisis, Achmad Deni Daruri dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin,
mengatakan, BI dituntut harus inovatif dan antispatif terhadap kondisi
perekonomian global khususnya ekonomi Amerika, agar kurs rupiah tidak
merosot atas dolar AS.
Menurut Deni Daruri, pelemahan mata uang
di Asia memang karena perekonomian Amerika terus membaik. Trend
perekonomian Amerika terus positif baik kebijakan fiskal oleh pemerintah
AS, maupun kebijakan moneter yang di lakukan oleh The Fed.
"Bank
Sentral seperti Singapura telah menyiapkan instrumen moneter yang
inovatif dan antisipatif sehingga perkembangan perekonomian Amerika
tidak signifikan mempengaruhi mata uang Singapura," ujarnya.
Selain
itu, Otoritas Moneter Singapura, menggunakan pertukaran mata uang dolar
Singapura sebagai instrumen utama kebijakan moneter bukan suku bunga.
Hal Ini memudahkan, otoritas bank central untuk melakukan penyesuaian
kebijakan terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi global.
Namun,
kata Deni Daruri, beda dengan rupiah, BI kelihatan agak gugup
mengantisipasi perkembangan ekonomi Amerika, sehingga instrumen BI tidak
inovatif hanya intervensi pasar, yang dinilainya hanya menghabiskan
cadangan devisa tanpa efek maksimal pengaruhnya.
Oleh karena itu, BI dituntut inovatif dan antispatif terhadap kondisi perekenomian global khusus ekonomi Amerika.
"Semoga
Gubernur BI yang akan habis masa jabatannya pada Mei 2018 punya jurus
baru menguatkan nilai rupiah," demikian Achmad Deni Daruri.
Bank Indonesia diharapkan mampu naikkan kurs rupiah
Senin, 30 Oktober 2017 18:40 WIB