PBB, New York (ANTARA GORONTALO) - Utusan PBB untuk Proses Perdamaian Timur
Tengah telah menyampaikan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai
keprihatinannya atas peningkatan kerusuhan di wilayah tersebut setelah
Presiden AS Donald Trump mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Koordinator
Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Nickolay Mladenov
mengatakan dalam sidang darurat Dewan Keamanan mengenai Jerusalem bahwa
bentrokan di Tepi Barat Sungai Jordan, Jalur Gaza dan Jerusalem merebak
setelah pengumuman Trump pada Rabu (6/12).
Mladenov mendesak semua pemimpin masyarakat, politik dan agama agar
menahan diri dari ucapan yang bisa makin meningkatkan kerusuhan,
demikian laporan Xinhua. "Rakyat biasa Israel dan Palestina lah yang
harus hidup dengan kerusuhan," kata Mladenov melalui konferensi video.
"Ada risiko serius hari ini bahwa kita mungkin menyaksikan rantai
aksi sepihak, yang hanya dapat mendorong kita makin jauh dari mewujudkan
sasaran bersama kita, perdamaian," kata Mladenov pada Jumat (8/12).
Mladenov menyatakan, "Dari semua masalah status akhir dalam konflik
Palestina-Israel sebagaimana dinyatakan di dalam Kesepakatan Oslo
--pengungsi, permukiman, keamanan, perbatasan dan lain-lain-- status
Jerusalem barangkali adalah masalah yang paling rumit dan berat."
Ia mengatakan terserah kepada para pemimpin Israel dan Palestina,
dengan dukungan masyarakat internasional, untuk mencapai kesepakatan
yang akan mengakhiri pendudukan.
"Tak ada rencana B buat penyelesaian dua-negara," katanya, dengan Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan Palestina.
Sidang Khusus Dewan Keamanan diselenggarakan atas permintaan delapan
negara anggota Dewan --Inggris, Prancis, Mesir, Italia, Swedia,
Uruguay, Bolivia dan Senegal.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Rabu mengatakan ia
"menentang setiap tindakan sepihak yang akan membahayakan prospek
perdamaian buat Palestina dan Israel", demikian Xinhua melaporkan.
Utusan PBB prihatinkan meningkatnya kerusuhan di Timur Tengah
Minggu, 10 Desember 2017 14:04 WIB