Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Eric
Sugandi memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat
akan terus melemah hingga akhir tahun sebesar Rp13.900.
"Kalau saya sih, rupiahnya tim forex (foreign exchange atau valuta
asing) research kami agak bearish, ya, ke 13.900, tetapi itu dengan
kenaikan BI rate (suku bunga acuan bank sentral)," katanya dalam acara
Buka Puasa Bersama Standard Chartered Bank dan Diskusi Panel "Tantangan
dan Peluang dalam Mengembangkan Sektor Perusahaan Menengah di Indonesia"
di Jakarta, Senin.
Nilai tukar rupiah akhir tahun diprediksi berada di Rp13.900 merupakan skenario yang konservatif.
Ia mengatakan bahwa faktor yang memengaruhi pelemahan nilai tukar
rupiah adalah fenomena "superdolar" dan Yunani yang terancam keluar dari
Eropa.
"Ada pengaruh superdolar, Yunani cenderung implikasinya tidak begitu bagus pada pasar finansial," katanya.
Selain itu, dia mengatakan bahwa suku bunga acuan bank sentral atau
BI rate diprediksikan naik 7,75 persen jika Fed rate naik.
"Kalau tidak dinaikkan BI rate-nya, mungkin pressure-nya (tekanan terhadap nilai tukar rupiah) lebih besar lagi," tuturnya.
Ia mengatakan bahwa BI rate sulit turun karena kondisi rupiah yang masih tertekan.
"Saya melihat tahun ini BI rate tidak diturunkan karena rupiahnya
masih dalam kondisi seperti ini. Kalau diturunkan hanya 25 basis poin,
50 basis poin dampaknya lebih banyak lost-nya (hilang) daripada
benefit-nya (keuntungan)."
Ia mengatakan bahwa rupiah tertekan berdampak pada inflasi yang naik.
Berdasarkan laman resmi Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS pada hari Jumat (26/6) melemah hingga Rp13.338 dan pada hari
Senin (29/6) hingga Rp13.356.
Ekonom perkirakan rupiah bisa ke13.900/dolar AS
Senin, 29 Juni 2015 23:38 WIB