Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo
meyakini pemerintah dapat menahan pelebaran defisit anggaran maksimal ke
2,67 persen dari Produk Domestik Bruto, sesuai salah satu skenario
Rancangan APBN-Perubahan 2017. Angka tersebut dianggap Bank Sentral
masih dalam level yang aman.
Ia mengingatkan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) 2017 harus dilakukan secara disiplin dan hati-hati. Peringkat
layak investasi yang diberikan Standard and Poors baru-baru ini juga
harus dipertahankan dengan melanjutkan manajemen fiskal yang baik.
"Di Indonesia, salah satu yang sedang diperbaiki adalah pengelolaan
fiskal dan itu ditandai dengan pemerintah yang menyehatkan fiskal,
khususnya penerimaan negara dilakukan lebih optimal dan upaya
pengelolaan defisit tetap dibatas sehat," ujar dia di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan Standard and Poors percaya pengelolaan fiskal
Indoesia telah lebih baik dan merekomendasikan agar pengelolaan fiskal
terus lebih baik ke depan.
Pernyataan Agus tersebut menanggapi kebijakan pemerintah yang
mengasumsikan pelebaran defisit dalam Rancangan-APBN-P 2017 mencapai
2,92 persen.
Namun, pemerintah juga akan melakukan penghematan belanja secara
alamiah sehingga defisit akan menjadi 2,67 persen. Angka defisit itu
naik dibandingkan target dalam APBN 2017 yang sebesar 2,41 persen.
Agus merespon positif postur belanja dalam RAPBN-P 2017 yang
disampaikan pemerintah kepada Badan Anggaran DPR pada Kamis kemarin. Di
antaranya mengenai anggaran belanja yang diperkirakan tidak akan
digunakan (Self-Blocking) sebesar Rp16 triliun dan efisiensi atau
pengalihan belanja ke sektor produktif.
Dalam RAPBNP 2017 yang disampaikan Kamis kemarin, pemerintah
mengasumsikan target pendapatan negara sebesar Rp1.714,1 triliun dan
belanja negara mencapai Rp2.111,4 triliun.
Agus mengingatkan ketahanan ekonomi domestik, di antaranya dengan
pengelolaan fiskal, harus terus ditingkatkan, di tengah tekanan ekonomi
dari eksternal, yang bersumber dari kemugkinan satu kali lagi kenaikan
suku bunga The Fed dan pemangkasan neraca The Fed, yang akan berpotensi
menimbulkan tekanan terhadap stabilitas kurs rupiah.
"Data Ekonomi dunia masih penuh ketidakpastian," ujar dia.
Bank Sentral masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini sebesar 5-5,4 persen
Gubernur BI yakin pemerintah dapat tahan pelebaran defisit APBN
Jumat, 7 Juli 2017 17:24 WIB