Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - Sekretaris Dinas Kehutanan, Pertambangan dan ESDM Provinsi Gorontalo, Rugaya Biki mengatakan cakupan terumbu karang di daerah tersebut terus berkurang hingga 90 persen dalam 50 tahun terakhir.

Menurutnya penyusutan terumbu karang tersebut, juga terkait dengan tutupan hutan bakau (mangrove) yang semakin menyusut, akibat alih fungsi maupun perambahan.

Kondisi tutupan hutan mangrove seluas 6.000 hektare dalam kurun waktu sepuluh tahun terus berkurang. Berbagai jenis keanekaragaman hayati flora maupun fauna yang dilindungi dan endemi juga semakin langka.

"Sementara kondisi terumbu karang juga menurun akibat penangkapan ikan yang tak ramah lingkungan, sedimentasi dan polusi dari daratan dan penambangan karang," jelasnya.

Pada tahun 2015, Destructive Fishing Watch (DFW) merilis hasil analisis data citra satelit, yang menunjukkan penyusutan 134 hektare areal tutupan karang di Kecamatan Lemito, Kabupaten Pohuwato. Laju penyusutan tersebut diketahui terjadi sejak tahun 1990

"Ini baru satu kecamatan, bagaimana dengan perairan wilayah lain. Mungkin tak banyak yang sadar bahwa terumbu karang itu hanya tumbuh satu sentimeter per tahun," kata perwakilan DFW, Nilmawati.

Nilma mengatakan nelayan-nelayan pengguna alat tangkap yang merusak seperti bom bisa menghasilkan rata-rata 700 kilogram ikan sekali melaut sedang mereka yang menggunakan pukat dan kompresor rata-rata mendapat 200 kilogram ikan sekali melaut.

Data dari Sustainable Coastal Livelihoods and Management (SUSCLAM) menyebut tutupan terumbu karang di Pohuwato berkurang 50 persen pada tahun 2004 dan diprediksi terus mengalami penyusutan.

Padahal Gorontalo yang sebagian wilayahnya berada di Teluk Tomini, memiliki posisi strategis dengan kekayaan sumber daya laut yang melimpah.*

Pewarta: Debby Hariyanti Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016