Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - Kepala Seksi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah II Sulawesi Utara di Gorontalo, Syamsudin Hadju bersama tim menyita sejumlah burung endemik Sulawesi yang diperdagangkan bebas di Kota Gorontalo.

Burung endemik tersebut diantaranya Perkici Dora (Trichoglassus ornatus), Kringkring Bukit (Prioniturus platurus), dan Betet-kelapa Punggung-biru (Tanygnathus sumatranus) disita dari pedagang di beberapa lokasi, seperti Kompleks Murni Kota Gorontalo serta burung milik perorangan yang menjadi peliharaan di rumah.

"Sempat ada penolakan dari para pemilik burung, tapi kami menjelaskan aturannya bahwa penangkapan dan perdagangan harus ada izinnya," kata Syamsudin di Gorontalo, Selasa.

Menurutnya diantara beberapa burung telah disiapkan untuk mengikuti lomba kicau burung, kegiatan rutin yang di gelar di daerah tersebut.

Syamsudin menjelaskan pihaknya menelusuri asal burung-burung yang diperdagangkan di Gorontalo, dan menemukan sebagian berasal dari hutan-hutan di daerah itu.

"Banyak burung yang berasal dari alam di Gorontalo, misalnya pleci kacamata. Kami akan mengkaji dulu habitat yang sesuai sebelum burungnya dilepas ke alam lagi," ujarnya.

Dari data kutilang.or id, situs konservasi burung di Indonesia, menyebut Perkici Dora tersebar di Kepulauan Talaud dan Sangihe di Sulawesi Utara, serta Kepulauan Togian dan Kepulauan Banggai di Sulawesi Tengah.

Sementara Kringkring Bukit juga terdapat di Sulawesi, umumnya di perbukitan dan gunung, juga lahan budidaya dengan pohon yang jarang serta hutan mangrove.

Burung Betet-kelapa memiliki daerah persebaran di Sulawesi hingga Filipina dan mempunyai suara keras seperti menggonggong.

Sedangkan burung paruh bengkok paling banyak diperdagangkan, karena keindahan bulu dan suaranya.

Belakangan ini sejumlah pedagang burung mulai bermunculan di Gorontalo, dengan harga Rp100.000 hingga jutaan rupiah, dengan jenis bervariasi.

Pewarta: Debby Hariyanti Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016