Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) Theodorus Ardi Hartoko memandang bahwa wacana penggabungan (merger) operator seluler XL Axiata dan Smartfren menyimpan peluang yang baik bagi perseroan sebagai pihak yang menyewakan menara telekomunikasi.
“Ini adalah berkah dari konsolidasi mereka. Kami melihat ini sebagai suatu opportunity yang besar. Jadi dampak negatifnya (bagi bisnis Mitratel) kecil. Kami justru melihat wacana merger ini cerah (bagi Mitratel),” kata Theodorus Ardi Hartoko yang akrab disapa Teddy itu di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Rabu.
Teddy tidak memungkiri bahwa merger XL Axiata dan Smartfren bisa menimbulkan risiko di mana kedua operator seluler itu akan melakukan penataan dan efisiensi jaringan (network) baru untuk setiap menara Mitratel yang disewa. Meski begitu, Mitratel meyakini risiko tersebut dapat diatasi.
“Dalam satu tower, misalnya di situ ada XL dan Smartfren. Pasti salah satunya (jaringan operator seluler) akan dipindah (ke menara lain). Risikonya ada, tetapi kami meyakini risiko itu bisa kami manage. Karena pasti mereka akan memindahkan duplikasi atas jaringan tersebut ke lokasi-lokasi yang punya potensi,” kata dia.
Penyewaan menara untuk XL Axiata dan Smartfren masing-masing menyumbang 12 persen dan 3 persen terhadap total pendapatan (revenue) Mitratel di sepanjang semester I 2024.
Adapun Telkomsel (TSEL) tetap menjadi penyewa (tenant) terbesar di Mitratel karena berkontribusi sebesar 53 persen terhadap total pendapatan Mitratel pada periode yang sama. Posisi ini menjadikan Telkomsel sebagai kompetitor terkuat bagi operator seluler lainnya.
Telkomsel memiliki cakupan (coverage) jaringan yang hampir merata di seluruh Indonesia. Oleh sebab itu, kata Teddy, terdapat peluang bagi Mitratel untuk menarik lebih banyak operator seluler lainnya, termasuk XL Axiata dan Smartfren, untuk melakukan ekspansi jaringan ke luar pulau Jawa dan Sumatera.
“Kalau strategi mereka akan menempel ke Telkomsel (dalam satu menara yang sama), pasti akan ketemu menara Mitratel. Maka dia akan pindah ke menara Mitratel juga. Dan tentu kami punya banyak sekali menara-menara yang secara availability dan space itu masih sangat memungkinkan untuk bisa dipergunakan oleh operator lain,” jelas Teddy.
Sebagai tambahan informasi, hingga akhir kuartal II 2024, jumlah menara yang dimiliki Mitratel tumbuh 5,1 persen (year-on-year/yoy) menjadi 38.581 unit. Adapun sebesar 83 persen pendapatan (revenue) Mitratel di semester I 2024 disumbang dari bisnis penyewaan menara (tower leasing).
Sebelumnya diberitakan bahwa grup telekomunikasi Axiata Group Berhad dan Sinar Mas (yang membawahi PT Wahana Inti Nusantara, PT Global Nusa Data, PT Bali Media Telekomunikasi) sudah meneken nota kesepahaman untuk menjajaki rencana penggabungan usaha XL Axiata dan Smartfren menjadi MergeCo.
"Rencana transaksi ini masih dalam tahap evaluasi awal, di mana Axiata dan Sinar Mas memiliki tujuan untuk tetap menjadi pemegang saham pengendali dari MergeCo," kata perusahaan.
Namun hingga saat ini, kedua perusahaan masih berdiskusi dan belum menghasilkan kesepakatan atau penyelesaian rencana transaksi yang mengikat berkenaan dengan penggabungan usaha antara XL Axiata dan Smartfren.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mitratel: Wacana merger XL-Smartfren punya peluang baik bagi Mitratel
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024