BUMN industri pertahanan PT Len Industri (Persero) mengenalkan pesawat nirawak Unmanned Aerial Vehicle (UAV) DID 3.11 dengan sensor canggih di Bali International Airshow (BIAS) 2024.
Direktur Utama PT Len Industri (Persero) Holding DEFEND ID Bobby Rasyidin di Kabupaten Badung, Bali, Kamis, mengatakan teknologi canggih ini penting bagi pertahanan nasional.
“Teknologi pertahanan itu mutlak bagi negara besar, kemandirian juga mutlak sehingga ini yang jadi motivasi kami di industri pertahanan nasional untuk mengeluarkan inovasi yang memang itu bakat kami,” kata dia.
Pesawat nirawak ini dapat dikelola jarak jauh hingga 1.500 km dengan kecepatan 180 km/jam didukung sensor yang dapat memberi informasi di garis-garis perbatasan Indonesia.
“Bisa dicocokkan dengan kebutuhan kita saat ini, misalnya yang kita butuhkan bagaimana melakukan surveilance atau pengamanan wilayah, atau kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya penting inilah fungsi-fungsi yang kami tanamkan,” ujar Bobby.
Ia menjelaskan sebelumnya Indonesia memiliki pesawat nirawak serupa bernama Wulung, namun ketika berbicara teknologi dalam industri pertahanan jenis ini termasuk kelas tiga atau diistilahkan kelas tactical.
Sementara itu, UAV DID 3.11 yang diboyong ke Bali International Airshow sudah berada di kelas kedua dunia atau tactical plus dengan durasi ketahanan 17 jam, sedangkan Wulung hanya 4 jam.
“Kalau mengejar kelas satunya jauh, sehingga setelah Wulung kami kejar kelas dua ini, ini di bawah kelas satu karena kalau satu ketahanannya bisa terbang 20-40 jam,” kata dia.
Untuk setingkat penguasaan teknologi pesawat otonom, Bobby melihat kemampuan pesawat nirawak yang jumlahnya sekarang empat unit itu sudah cukup, sebab wilayah yang akan dijangkau dalam operasionalnya tak seluas negara-negara Barat.
Produksi pesawat ini juga menggunakan 45 persen komponen lokal, untuk mesin masih mengimpor dari luar negeri namun perangkat lunak dan sistem persenjataannya dibuat sendiri di Indonesia.
Di sela-sela diskusi Strategi Industri Pertahanan Nasional dalam Akselerasi Penguasaan Teknologi Pesawat Otonom yang diadakan PT Len Industri itu, Bobby mengatakan bahwa dengan teknologi baru ini Indonesia dapat mengelola pertahanan sendiri.
Saat ini teknologi pertahanan paling maju memanfaatkan AI, otonom, dan satelit, dimana ketiga ini sudah terdapat dalam UAV DID 3.11.
Dalam sesi diskusi sendiri turut hadir Direktur Operasi PT Len Industri Tazar Marta Kurniawan serta Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, ITB Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara yang membahas industri pertahanan dan perspektif perguruan tinggi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PT Len kenalkan pesawat nirawak canggih di BIAS 2024
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024
Direktur Utama PT Len Industri (Persero) Holding DEFEND ID Bobby Rasyidin di Kabupaten Badung, Bali, Kamis, mengatakan teknologi canggih ini penting bagi pertahanan nasional.
“Teknologi pertahanan itu mutlak bagi negara besar, kemandirian juga mutlak sehingga ini yang jadi motivasi kami di industri pertahanan nasional untuk mengeluarkan inovasi yang memang itu bakat kami,” kata dia.
Pesawat nirawak ini dapat dikelola jarak jauh hingga 1.500 km dengan kecepatan 180 km/jam didukung sensor yang dapat memberi informasi di garis-garis perbatasan Indonesia.
“Bisa dicocokkan dengan kebutuhan kita saat ini, misalnya yang kita butuhkan bagaimana melakukan surveilance atau pengamanan wilayah, atau kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya penting inilah fungsi-fungsi yang kami tanamkan,” ujar Bobby.
Ia menjelaskan sebelumnya Indonesia memiliki pesawat nirawak serupa bernama Wulung, namun ketika berbicara teknologi dalam industri pertahanan jenis ini termasuk kelas tiga atau diistilahkan kelas tactical.
Sementara itu, UAV DID 3.11 yang diboyong ke Bali International Airshow sudah berada di kelas kedua dunia atau tactical plus dengan durasi ketahanan 17 jam, sedangkan Wulung hanya 4 jam.
“Kalau mengejar kelas satunya jauh, sehingga setelah Wulung kami kejar kelas dua ini, ini di bawah kelas satu karena kalau satu ketahanannya bisa terbang 20-40 jam,” kata dia.
Untuk setingkat penguasaan teknologi pesawat otonom, Bobby melihat kemampuan pesawat nirawak yang jumlahnya sekarang empat unit itu sudah cukup, sebab wilayah yang akan dijangkau dalam operasionalnya tak seluas negara-negara Barat.
Produksi pesawat ini juga menggunakan 45 persen komponen lokal, untuk mesin masih mengimpor dari luar negeri namun perangkat lunak dan sistem persenjataannya dibuat sendiri di Indonesia.
Di sela-sela diskusi Strategi Industri Pertahanan Nasional dalam Akselerasi Penguasaan Teknologi Pesawat Otonom yang diadakan PT Len Industri itu, Bobby mengatakan bahwa dengan teknologi baru ini Indonesia dapat mengelola pertahanan sendiri.
Saat ini teknologi pertahanan paling maju memanfaatkan AI, otonom, dan satelit, dimana ketiga ini sudah terdapat dalam UAV DID 3.11.
Dalam sesi diskusi sendiri turut hadir Direktur Operasi PT Len Industri Tazar Marta Kurniawan serta Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, ITB Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara yang membahas industri pertahanan dan perspektif perguruan tinggi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PT Len kenalkan pesawat nirawak canggih di BIAS 2024
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024