Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Rizal Martua Damanik menyatakan bahwa makan bergizi gratis dapat menurunkan prevalensi anemia atau kekurangan darah merah pada siswa.
Hal tersebut disampaikan Rizal saat dihubungi di Jakarta Minggu, merespons pernyataan Presiden Prabowo Subianto dalam pidatonya saat dilantik hari ini tentang banyaknya siswa yang belum sarapan saat pergi ke sekolah.
“Kami pernah riset di salah satu sekolah di Kabupaten Bogor, anak-anak itu memang sebagian besar tidak sempat sarapan, sehingga pada saat mengikuti upacara bendera banyak yang pingsan, kemudian dari pengukuran hemoglobin, kandungan zat besi dalam darahnya, itu banyak yang mengalami anemia, sehingga pernyataan Pak Prabowo itu betul, dan makan bergizi gratis menjadi solusi yang bagus,” katanya.
Ia menjelaskan, salah satu alasan anak-anak sekolah tidak bisa sarapan di lokus studi SD Negeri Palasari 2 Cijeruk, Kabupaten Bogor itu yakni karena faktor ekonomi atau orang tua yang tidak memiliki waktu untuk menyiapkan bahan sarapan.
“Dari hasil studi selama tiga tahun berturut-turut di Kabupaten Bogor itu, banyak sekali anak yang tidak sarapan itu lebih banyak alasannya karena ketidakmampuan ekonomi, kebanyakan ibunya bekerja sebagai buruh tani atau pembantu rumah tangga, bapaknya juga sebagai buruh, sehingga tidak bisa menyiapkan makanan untuk sarapan,” ujarnya.
Rizal mengisahkan, di tahun kedua, tim yang ia ajak melakukan studi tersebut kemudian melakukan intervensi dengan mendirikan kantin sekolah yang memberikan makanan bergizi dan sehat.
“Di kantin sekolah itu kita melatih orang tua murid untuk menyiapkan makanan yang disediakan untuk para siswa, jadi makanan-makanan ini yang biasanya disediakan oleh pedagang di sekolah, tetapi bedanya, yang disediakan di kantin sekolah ini lebih berkualitas, misal ada yang jual pisang goreng, kita buat juga pisang goreng, tetapi dari bahan-bahan sehat dan alat-alat yang bersih,” ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, tim juga melakukan edukasi kepada para pedagang, salah satunya misal tidak memakai alas dari kertas koran untuk berjualan.
“Biasanya alas gorengan itu kan dari kertas koran, atau kertas bekas yang digunakan untuk membungkus dan lain-lain, nah jadi di sini aspek-aspek kebersihan si penjaja makanan juga kita latih, kantin sekolah ini karena sifatnya subsidi, jadi anak-anak itu setiap hari hanya mengonsumsi makanan yang ada di kantin sekolah,” paparnya.
Ia menyebutkan, studi tersebut membuahkan hasil di mana para siswa yang jatuh pingsan saat upacara menurun secara drastis dan kadar HB-nya terus meningkat.
“Dan bahwa dengan adanya program makan bergizi ini, ini akan sangat bermakna dan membantu, karena kan pedagang-pedagang lokal juga bisa berdaya, peningkatan penggunaan bahan pangan lokal ini juga menjadi penting untuk makan bergizi gratis ini,” katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Guru Besar IPB: Makan bergizi gratis turunkan prevalensi anemia siswa
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024
Hal tersebut disampaikan Rizal saat dihubungi di Jakarta Minggu, merespons pernyataan Presiden Prabowo Subianto dalam pidatonya saat dilantik hari ini tentang banyaknya siswa yang belum sarapan saat pergi ke sekolah.
“Kami pernah riset di salah satu sekolah di Kabupaten Bogor, anak-anak itu memang sebagian besar tidak sempat sarapan, sehingga pada saat mengikuti upacara bendera banyak yang pingsan, kemudian dari pengukuran hemoglobin, kandungan zat besi dalam darahnya, itu banyak yang mengalami anemia, sehingga pernyataan Pak Prabowo itu betul, dan makan bergizi gratis menjadi solusi yang bagus,” katanya.
Ia menjelaskan, salah satu alasan anak-anak sekolah tidak bisa sarapan di lokus studi SD Negeri Palasari 2 Cijeruk, Kabupaten Bogor itu yakni karena faktor ekonomi atau orang tua yang tidak memiliki waktu untuk menyiapkan bahan sarapan.
“Dari hasil studi selama tiga tahun berturut-turut di Kabupaten Bogor itu, banyak sekali anak yang tidak sarapan itu lebih banyak alasannya karena ketidakmampuan ekonomi, kebanyakan ibunya bekerja sebagai buruh tani atau pembantu rumah tangga, bapaknya juga sebagai buruh, sehingga tidak bisa menyiapkan makanan untuk sarapan,” ujarnya.
Rizal mengisahkan, di tahun kedua, tim yang ia ajak melakukan studi tersebut kemudian melakukan intervensi dengan mendirikan kantin sekolah yang memberikan makanan bergizi dan sehat.
“Di kantin sekolah itu kita melatih orang tua murid untuk menyiapkan makanan yang disediakan untuk para siswa, jadi makanan-makanan ini yang biasanya disediakan oleh pedagang di sekolah, tetapi bedanya, yang disediakan di kantin sekolah ini lebih berkualitas, misal ada yang jual pisang goreng, kita buat juga pisang goreng, tetapi dari bahan-bahan sehat dan alat-alat yang bersih,” ucapnya.
Selain itu, lanjut dia, tim juga melakukan edukasi kepada para pedagang, salah satunya misal tidak memakai alas dari kertas koran untuk berjualan.
“Biasanya alas gorengan itu kan dari kertas koran, atau kertas bekas yang digunakan untuk membungkus dan lain-lain, nah jadi di sini aspek-aspek kebersihan si penjaja makanan juga kita latih, kantin sekolah ini karena sifatnya subsidi, jadi anak-anak itu setiap hari hanya mengonsumsi makanan yang ada di kantin sekolah,” paparnya.
Ia menyebutkan, studi tersebut membuahkan hasil di mana para siswa yang jatuh pingsan saat upacara menurun secara drastis dan kadar HB-nya terus meningkat.
“Dan bahwa dengan adanya program makan bergizi ini, ini akan sangat bermakna dan membantu, karena kan pedagang-pedagang lokal juga bisa berdaya, peningkatan penggunaan bahan pangan lokal ini juga menjadi penting untuk makan bergizi gratis ini,” katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Guru Besar IPB: Makan bergizi gratis turunkan prevalensi anemia siswa
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024