Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan bahwa Indonesia harus mempunyai produk-produk unggulan berdaya saing, jika ingin mengambil keuntungan ekonomi dari bergabung dengan blok ekonomi BRICS.

“Selama Indonesia punya produk berdaya saing tinggi, (bergabung BRICS) akan menguntungkan,” kata Esther, di Jakarta, Jumat.

“Namun, jika tidak, Indonesia hanya akan jadi pasar saja,” kata dia menambahkan.

Menteri Luar Negeri RI Sugiono sebelumnya menyampaikan keinginan Indonesia untuk bergabung dengan blok ekonomi BRICS, saat menghadiri KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia, Kamis (24/10).

Ia menyatakan prioritas BRICS selaras dengan program kerja pemerintah, antara lain ketahanan pangan dan energi, pemberantasan kemiskinan, dan pemajuan sumber daya alam.

“Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif. Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” ujar Sugiono.

Dia menambahkan bahwa Indonesia memandang BRICS sebagai wadah yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama negara-negara di kawasan selatan atau Global South.

BRICS adalah kelompok negara yang didirikan pada 2006. Blok tersebut saat ini beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Ethiopia, Iran, Mesir, dan Uni Emirat Arab.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pengamat: RI harus punya produk unggulan jika ingin untung di BRICS

Pewarta: Shofi Ayudiana

Editor : Debby H. Mano


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024