Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Gerakan Pemuda Tani (Gempita) Provinsi Gorontalo mengklaim sebanyak 2.070 anak muda sudah terlibat langsung ke sektor pertanian, khususnya tanaman komoditas jagung.

Ketua Gempita Provinsi Gorontalo Dahlan Usman mengatakan terlibatnya anak muda dengan usia 45 tahun ke bawah di sektor pertanian, merupakan salah satu program Gempita dengan melahirkan percepatan regenerasi petani untuk bertahan memenuhi kebutuhan pangan nasional.

"Kenyataan saat ini, banyak anak petani yang kuliah dengan mengambil jurusan pertanian tapi setelah lulus bekerja di sektor lainya," katanya, Sabtu.

Ia menambahkan, keterlibatan anak muda untuk menjadi petani, Gempita menciptakan sesuatu yang menarik sehingga mereka berkeinginan untuk bercocok tanam.

Salah satunya yaitu dengan melihat hasil produksi, meminimalisir biaya operasional dengan memanfaatkan dana kredit usaha rakyat (KUR) milik pemerintah, dan menjanjikan harga pasar yang potensial bagi mereka, dengan tujuan peningkatan kesejahteraan.

"Jadi 2.070 anak muda ini nanti akan memulai melakukan penanam jagung pada bulan Oktober mendatang, dan ini baru putaran pertama dalam pemanfaatan lahan tidur seluas 10.350 hektare (ha), ke depan targetnya seluas 35 ribu

ha, dan tentu akan lebih banyak lagi pemuda yang terlibat," tegasnya.

Selain itu Gempita membawa petani Gorontalo ke sistem pertanian digital, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini, seperti penggunan jejaring sosial "Whatsapp" sebagai bentuk komunikasi antar petani.

"Artinya memang mereka harus bisa menggunakan handphone berbasis android, lewat Whatsapp kami Gempita membagikan berbagai informasi, mulai dari bercocok tanam hingga cara pembuatan pupuk organik," tegasnya.

Saat ini masih banyak petani yang sangat ketergantungan menggunakan pupuk berbahan kimia, akibatnya adalah banyak dampak yang ditimbulkan, salah satunya adalah rusaknya struktur tanah.

Menurutnya, ini adalah salah satu lompatan yang dilakukan Gempita yang tidak lain merupakan program Kementerian Pertanian, khususnya jagung, dalam tempo beberapa bulan terkahir.

"Selain itu, Gempita tidak hanya memikirkan produksi yang tinggi namun tetap memperhatikan keseimbangan alam, kami dengan sistem yang terbangun mendorong pertanian konservasi," ucapnya.

Pihaknya sangat disiplin terhadap petani yang memanfaatkan lahan tidur, termasuk lahan pada kemiringan tertentu, dimana CPCL yang masuk dalam database pada lahan dengan kemiringan 0-30 derajat.

Sementara di atas 30 - 45 derajat, bisa mendapatkan bantuan dengan syarat petani harus menaman tanaman tahunan, atau menggunakan sistem terasering.

"inilah yang dikebut pemerintah saat ini, lewat Gempita harus ada tercapai pelipatgandaan produksi pangan, dan menggerakan anak muda untuk turun ke sektor pertanian," tegasnya.

Mungkin hari ini tidak menjadi persoalan, akan tetapi 10 hingga 15 tahun ke depan, kalau anak muda hari ini tidak digerakan maka produksi pangan kita akan anjlok, jika ini terjadi maka memenuhi pangan Indonesia akan ketergantungan pada impor.

"Yang pasti jika tidak ada lagi regenerasi maka akan dibuka lagi keran impor secara besar-besaran oleh pemerintah, untuk menjaga stabilitas harga, sehingga harapan kami anak muda saat ini harus menjadi menjadi motor penggerak di sektor pertanian," tutupnya.

Pewarta: Farid

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017