Gorontalo, 16/1 (Antara) - Sebanyak 38 anak yatim di Panti Asuhan Al Hasanah Hidayatullah, Desa Duano, Kecamatan Suwawa Tengah, Kabupaten Bone Bolango, belajar cara membedakan sampah organik dan sampah non organik, Selasa.

Siti Rahmtia Ntou, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Gorontalo (UNG) selaku pemateri cara membedakan sampah tersebut menjelaskan bahwa membuang sampah merupakan hal yang wajib menjadi kegiatan rutin setiap orang, agar terhindar dari ancaman penyakit.

"Sampah merupakan barang buangan yang sudah tidak memiliki nilai dan harga, serta menjadi sarang penyebab datangnya penyakit dan juga bencana alam," ungkapnya.

Jadi kebiasaan untuk membuang sampah pada tempatnya harus diajarkan sejak dini, agar penyakit dapat dihindari dan tidak ada lagi bencana alam yang akan terjadi hanya karena sampah.

"Membuang sampah juga perlu diperhatikan baik sampah yang mudah terurai (organik) dan sampah yang sulit terurai (non organik)," jelasnya.

Ia menambahkan, sampah memang harus dipisahkan menurut jenisnya, yaitu salah satunya sampah organik yang merupakan sampah hasil buangan berasal dari makhluk hidup seperti manusia, tumbuhan serta hewan yang sifatnya mudah membusuk dan dapat terurai oleh bakteri.

"Sedangkan sampah organik dapat dimanfaatkan menjadi pupuk untuk kebutuhan para petani yaitu menyuburkan tanaman," katanya.

Siti juga menjelaskan bahwa selain itu ada juga sampah non organik atau sampah yang sulit terurai, berasal dari buangan industri, rumah tangga, hingga minyak bumi.

Sampah jenis ini memang masih bisa diurai oleh bakteri, namun harus membutuhkan waktu ratusan tahun agar bisa terurai sempurna.

"Dan cara satu-satunya agar sampah non organik ini tidak menyebabkan bencana, sampah jenis ini lebih baik didaur ulang dan dijadikan sebuah barang bermanfaat," tutupnya.

Pewarta: -

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018