Depok (Antaranews Gorontalo) - Mabes Polri memberikan kenaikan pangkat luar biasa kepada lima anggota Polri yang gugur dalam menjalankan tugas negara saat kerusuhan di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu.
"Kami berikan kenaikan pangkat luar biasa anumerta (KPLBA) kepada lima anggota polri yang gugur," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto saat jumpa pers, di Direktorat Polisi Satwa Baharkam Mabes Polri, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu.
Pemberian kenaikan pangkat luar biasa anumerta itu berdasarkan Skep Kapolri No 614/V/2018 tertanggal 9 Mei 2018.
Nama-nama yang mendapatkan KPLBA itu, yakni Iptu Luar Biasa Anumerta Yudi Rospuji Siswanto dari Densus 88, Aipda Luar Biasa Anumerta Denny Setiadi dari Polda Metro Jaya, Brigpol Luar Biasa Anumerta Fandy Setyi Nugroho dari Densus 88, Briptu Luar Biasa Anumerta Syukron Fadhli dari Densus 88, Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas dari Densus 88.
Saat ini, kata Setyo, tim negosiator Mabes Polri tengah melakukan negosiasi terhadap narapidana teroris yang masih melakukan sandera kepada satu orang anggota Polri, yakni Bripka Iwan Sarjana.
Dalam upaya negosiasi itu, tambah dia, pihaknya tidak memberikan batas waktu. Namun, diharapkan proses negosiasi bisa berjalan lancar dan selesai semaksimal mungkin.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal M Iqbal menambahkan, pemicu kerusuhan terjadi karena pemeriksaan makanan yang masuk dalam tahanan harus diverifikasi terlebih dahulu oleh kami sesuai dengan SOP, namun hal ini yang menjadi membuat cekcok antara petugas dan narapidana teroris.
"Makanan itu harus steril dan memastikan tidak ada barang yang terlarang masuk," katanya.
Ia menjelaskan, pada saat itu terjadi insiden keributan antara petugas kepolisian dengan narapidana teroris dan senjata direbut oleh para narapidana teroris.
Sehingga langkah-langkah yang diambil yaitu pertama, mengendalikan situasi dari semalam hingga detik ini terkendali karena kami mengedepankan upaya-upaya persuasif. Yaitu berupaya negosiasi kepada beberapa tahanan yang mau diajak komunikasi untuk menemui satu solusi bersama.
"Kita bisa saja melakukan penetrasi, bila memang membahayakan petugas. Namun, kita berharap itu tidak terjadi karena akan ada korban lagi yang berjatuhan. Oleh karenanya, kita terus melakukan negosiasi," kata Iqbal.
Iqbal menegaskan bahwa tidak ada baku yang terjadi dalam kerusuhan itu. Para napi berhasil merebut senjata yang dipegang oleh lima orang korban yang telah gugur.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018
"Kami berikan kenaikan pangkat luar biasa anumerta (KPLBA) kepada lima anggota polri yang gugur," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto saat jumpa pers, di Direktorat Polisi Satwa Baharkam Mabes Polri, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Rabu.
Pemberian kenaikan pangkat luar biasa anumerta itu berdasarkan Skep Kapolri No 614/V/2018 tertanggal 9 Mei 2018.
Nama-nama yang mendapatkan KPLBA itu, yakni Iptu Luar Biasa Anumerta Yudi Rospuji Siswanto dari Densus 88, Aipda Luar Biasa Anumerta Denny Setiadi dari Polda Metro Jaya, Brigpol Luar Biasa Anumerta Fandy Setyi Nugroho dari Densus 88, Briptu Luar Biasa Anumerta Syukron Fadhli dari Densus 88, Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas dari Densus 88.
Saat ini, kata Setyo, tim negosiator Mabes Polri tengah melakukan negosiasi terhadap narapidana teroris yang masih melakukan sandera kepada satu orang anggota Polri, yakni Bripka Iwan Sarjana.
Dalam upaya negosiasi itu, tambah dia, pihaknya tidak memberikan batas waktu. Namun, diharapkan proses negosiasi bisa berjalan lancar dan selesai semaksimal mungkin.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal M Iqbal menambahkan, pemicu kerusuhan terjadi karena pemeriksaan makanan yang masuk dalam tahanan harus diverifikasi terlebih dahulu oleh kami sesuai dengan SOP, namun hal ini yang menjadi membuat cekcok antara petugas dan narapidana teroris.
"Makanan itu harus steril dan memastikan tidak ada barang yang terlarang masuk," katanya.
Ia menjelaskan, pada saat itu terjadi insiden keributan antara petugas kepolisian dengan narapidana teroris dan senjata direbut oleh para narapidana teroris.
Sehingga langkah-langkah yang diambil yaitu pertama, mengendalikan situasi dari semalam hingga detik ini terkendali karena kami mengedepankan upaya-upaya persuasif. Yaitu berupaya negosiasi kepada beberapa tahanan yang mau diajak komunikasi untuk menemui satu solusi bersama.
"Kita bisa saja melakukan penetrasi, bila memang membahayakan petugas. Namun, kita berharap itu tidak terjadi karena akan ada korban lagi yang berjatuhan. Oleh karenanya, kita terus melakukan negosiasi," kata Iqbal.
Iqbal menegaskan bahwa tidak ada baku yang terjadi dalam kerusuhan itu. Para napi berhasil merebut senjata yang dipegang oleh lima orang korban yang telah gugur.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018