Gorontalo, (Antaranews Gorontalo) - Warga di Kecamatan Ponelo Kepulauan, Desa Malambe, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, berharap mendapatkan perhatian dari pemerintah agar mereka bisa bebas dari kondisi krisis air bersih yang terus berulang.
"Dua ratus lebih rumah tangga di desa ini hanya mengandalkan sumber air dari dua sumur, terpaksa kami harus antre bahkan mencari penghasilan tambahan untuk membeli air bersih di wilayah daratan Kecamatan Kwandang," ujar salah seorang warga Desa Malambe, Royis Panigoro (32), di Gorontalo, Rabu.
Selain itu, kata dia, dampak sosial akibat krisis air bersih seringkali muncul akibat masyarakat berebut untuk mendapatkan air.
"Warga apalagi ibu-ibu, sering terlibat adu mulut karena berjuang berebut air bersih dari sumur. Kondisi ini perlu segera diatasi," kata Royis didampingi sejumlah warga lainnya.
Sumur yang ada hanya dua, itupun baru empat rumah tangga yang mengantre, kondisi airnya sudah habis dan harus menunggu 4-5 jam kemudian untuk bisa mengambil air kembali.
Sementara satu sumur lainnya, kondisinya cepat kering sebab airnya dimanfaatkan untuk pembangunan jalan di wilayah itu.
"Jika dihitung-hitung, setiap kepala keluarga harus menyiapkan dana lebih dari Rp500 ribu per bulan untuk membeli air bersih di wilayah darat, belum termasuk biaya angkut sewa perahu," ujarnya.
Kondisi ini sangat sulit dirasakan apalagi banyak warga hanya bermatapencaharian sebagai nelayan tradisional.
Krisis air bersih, kata Royis, sudah lama dirasakan warga Malambe, namun terparah dirasakan sejak bulan Mei 2018.
Ia berharap, pemerintah daerah memberi perhatian khusus bagi masyarakat di Pulau Malambe dan sekitarnya, agar tidak mengalami krisis air bersih berkepanjangan.
Sejauh ini, Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara belum turun tangan untuk membantu kebutuhan air bersih bagi warga Desa Malambe, Kecamatan Ponelo Kepulauan.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018
"Dua ratus lebih rumah tangga di desa ini hanya mengandalkan sumber air dari dua sumur, terpaksa kami harus antre bahkan mencari penghasilan tambahan untuk membeli air bersih di wilayah daratan Kecamatan Kwandang," ujar salah seorang warga Desa Malambe, Royis Panigoro (32), di Gorontalo, Rabu.
Selain itu, kata dia, dampak sosial akibat krisis air bersih seringkali muncul akibat masyarakat berebut untuk mendapatkan air.
"Warga apalagi ibu-ibu, sering terlibat adu mulut karena berjuang berebut air bersih dari sumur. Kondisi ini perlu segera diatasi," kata Royis didampingi sejumlah warga lainnya.
Sumur yang ada hanya dua, itupun baru empat rumah tangga yang mengantre, kondisi airnya sudah habis dan harus menunggu 4-5 jam kemudian untuk bisa mengambil air kembali.
Sementara satu sumur lainnya, kondisinya cepat kering sebab airnya dimanfaatkan untuk pembangunan jalan di wilayah itu.
"Jika dihitung-hitung, setiap kepala keluarga harus menyiapkan dana lebih dari Rp500 ribu per bulan untuk membeli air bersih di wilayah darat, belum termasuk biaya angkut sewa perahu," ujarnya.
Kondisi ini sangat sulit dirasakan apalagi banyak warga hanya bermatapencaharian sebagai nelayan tradisional.
Krisis air bersih, kata Royis, sudah lama dirasakan warga Malambe, namun terparah dirasakan sejak bulan Mei 2018.
Ia berharap, pemerintah daerah memberi perhatian khusus bagi masyarakat di Pulau Malambe dan sekitarnya, agar tidak mengalami krisis air bersih berkepanjangan.
Sejauh ini, Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara belum turun tangan untuk membantu kebutuhan air bersih bagi warga Desa Malambe, Kecamatan Ponelo Kepulauan.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018