Sorong (Antaranews Gorontalo) - Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) M Yani mengatakan bahwa kemajuan teknologi dan keberadaan gawai yang sudah dipegang oleh anak-anak bisa berpotensi digunakan oleh pihak lain sebagai untuk menyebarkan ajakan untuk berperilaku seksual menyimpang.
"Kalau kita tidak awasi penggunaan gawai pada anak-anak, info itu (internet) bisa berpengaruh ke anak-anak kita," kata Yani dalam Sosialisasi Pembangunan Keluarga Bersama Mitra Kerja di Kabupaten Sorong, Papua Barat, Rabu.
Ia mencontohkan, keluarga normal terdiri atas ayah, ibu dan anak. Namun di masa depan, bukan tidak mungkin keluarga juga terdiri atas ayah, ayah dan anak atau ibu, ibu dan anak.
Hal tersebut juga salah satunya dipengaruhi oleh penyebaran informasi yang begitu cepat.
"Harus dari awal dididik, diberi pengertian mana yang benar, mana yang salah. Penggunaan gadget dibatasi," katanya.
Dalam acara tersebut, pihaknya juga menyampaikan hal-hal yang penting untuk dilakukan para orang tua dalam membesarkan anak. Salah satunya dengan tidak memperlihatkan pertengkaran orang tua di depan anak.
Menurut dia, anak yang terbiasa melihat pertengkaran orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang kurang memiliki empati dan toleransi.
"Dia (anak) bisa menjadi tidak toleran, mudah menyakiti orang lain. Kita sebagai orang tua kadang tidak menyadari itu, tapi itu dampaknya sangat besar buat anak tersebut," katanya.
Pihaknya mengingatkan agar para orang tua bisa menjalin kedekatan dengan anak sejak dini agar anak bisa tumbuh dengan kepercayaan diri yang baik.
"Jika ayah ibu bisa menjalin kedekatan dengan anak, anak itu tumbuh lebih percaya diri. Ia juga tidak sungkan untuk menceritakan hal-hal yang dialaminya kepada orang tuanya karena ia percaya pada orang tuanya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018
"Kalau kita tidak awasi penggunaan gawai pada anak-anak, info itu (internet) bisa berpengaruh ke anak-anak kita," kata Yani dalam Sosialisasi Pembangunan Keluarga Bersama Mitra Kerja di Kabupaten Sorong, Papua Barat, Rabu.
Ia mencontohkan, keluarga normal terdiri atas ayah, ibu dan anak. Namun di masa depan, bukan tidak mungkin keluarga juga terdiri atas ayah, ayah dan anak atau ibu, ibu dan anak.
Hal tersebut juga salah satunya dipengaruhi oleh penyebaran informasi yang begitu cepat.
"Harus dari awal dididik, diberi pengertian mana yang benar, mana yang salah. Penggunaan gadget dibatasi," katanya.
Dalam acara tersebut, pihaknya juga menyampaikan hal-hal yang penting untuk dilakukan para orang tua dalam membesarkan anak. Salah satunya dengan tidak memperlihatkan pertengkaran orang tua di depan anak.
Menurut dia, anak yang terbiasa melihat pertengkaran orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang kurang memiliki empati dan toleransi.
"Dia (anak) bisa menjadi tidak toleran, mudah menyakiti orang lain. Kita sebagai orang tua kadang tidak menyadari itu, tapi itu dampaknya sangat besar buat anak tersebut," katanya.
Pihaknya mengingatkan agar para orang tua bisa menjalin kedekatan dengan anak sejak dini agar anak bisa tumbuh dengan kepercayaan diri yang baik.
"Jika ayah ibu bisa menjalin kedekatan dengan anak, anak itu tumbuh lebih percaya diri. Ia juga tidak sungkan untuk menceritakan hal-hal yang dialaminya kepada orang tuanya karena ia percaya pada orang tuanya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2018