Gorontalo,  (ANTARA GORONTALO) - Bupati Kabupaten Gorontalo, David Bobihoe Akib, mengharapkan tradisi lebaran ketupat pada H+7 usai lebaran Idul Fitri, agar terus lestari.

"Tradisi ini sudah bukan milik masyarakat keturunan Jawa-Tondano (Jaton), Sulawesi Utara saja, namun sudah menjadi budaya Gorontalo yang patut dijaga dan dilestarikan sepanjang masa," ujar bupati, Senin.

Kearifan budaya yang kental dengan ajaran agama Islam ini, harus dijaga bahkan dipopulerkan sepanjang masa, agar generasi muda maupun masyarakat yang tidak mengetahui tentang lebaran ketupat bisa memahami bahwa perayaan ini tidak sekedar untuk menikmati ketupat dan opor ayam serta dodol dan nasi buluh secara bersama-sama saja.

Namun ada makna hakiki pada peringatannya, yaitu rasa syukur terhadap berkat yang dicurahkan sang Pencipta terhadap umat sepanjang tahun berjalan.

Bayangkan saja kata bupati, setiap perayaan lebaran ketupat yang dipusatkan di Kecamatan Limboto Barat, Desa Yosonegoro maupun beberapa wilayah di kabupaten ini, selalu dipadati ratusan ribu warga yang datang dari penjuru wilayah di Provinsi Gorontalo maupun luar daerah.

"Tidak ada jalan maupun lorong kampung yang tidak dipadati kendaraan baik motor maupun mobil," ungkapnya.

Namun, sajian yang disiapkan para tuan rumah selalu saja tercukupi sehingga tidak ada tamu yang datang melewatkan makan ketupat, nasi buluh ataupun dodol bahkan banyak pula yang menjadikan makanan-makanan khas tersebut sebagai ole-ole khas ketupat.

Seperti yang dilakukan bupati bersama wakil bupati Tonny Junus, yang memboyong jajaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) ke rumah-rumah masyarakat, baik pejabat, mantan pejabat, tokoh agama maupun masyarakat umum yang sengaja menyiapkan hidangan khas lebaran ketupat.

Usai melaksanakan doa syukur di masjid Agung Baiturrahim Limboto di pagi hari, bupati mengaku mulai bersafari ketupat hingga malam hari, meski diakuinya kepadatan lalu lintas tak terelakkan namun perayaan tersebut mampu terlaksana dengan lancar dan aman.

Ia pun berkomitmen agar lebaran ketupat di daerah ini akan menjadi wisata religi nasional, sehingga dampak ekonomi yang lebih besar akan terbangun dan mampu dimanfaatkan oleh masyarakat lokal.

"Tidak sekedar melestarikan kebudayaan yang sangat baik ini, namun mampu meningkatkan kesejahteraan para pelaku ekonomi di sektor riil maupun jasa," ujar bupati.

Pantauan Antara, kepadatan pengunjung di kampung Jawa Desa Yosonegoro yang memuncak sejak pukul 10.00 Wita, terus bertambah hingga saat ini.

Meski padat, lalu lintas jalan utama di wilayah ini tetap lancar mengingat pihak Kepolisian Resor (Polres) Gorontalo masih menyiagakan personelnya di beberapa titik rawan macet, diantaranya di perlimaan Yosonegoro dari arah Kota Gorontalo dan sebaliknya.

Pewarta: Susanti Sako

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2014