Kepala UPTD Tempat Pembuangan Akhir Talumelito Agus Dama mengemukakan akibat dari produksi sampah yang terus tinggi, daya tampung TPA itu kini semakin berkurang.

Agus Dama di Gorontalo, Jumat mengatakan selter atau tempat penampungan sampah di TPA Talumelito kini sudah nyaris penuh.

Dari empat selter yang ada, tiga di antaranya sudah ditutup, sedangkan selter 4 dengan luas 2,1 hektare dan kedalaman 9 meter hanya menyisakan sedikit ruang kosong.

“Tiga selter sebelumnya sudah kami timbun. Sampah plastik sebagian diambil oleh pemulung, sebagian lagi kami olah jadi kerajinan kreatif. Sampah organik kami olah jadi pupuk kompos,” ujarnya.

Besarnya volume sampah tersebut, belum diimbangi dengan teknologi yang cukup baik untuk mengurangi sampah.

Dia mencontohkan, jenis plastik sisa bungkusan atau tas kresek selain tidak diminati oleh penampung juga sulit untuk diurai menjadi bahan daur ulang.

“Kekurangan kami di antaranya mesin pencacah plastik. Di sini plastik kresek banyak sekali, tapi hanya ditimbun. Tidak ada proses setengah jadi yang bisa bernilai jika dijual kembali,” ujarnya.

Ia menjelaskan beberapa peralatan lain yang dibutuhkan adalah mesin pengepres kardus.

"Sampah kardus biasanya memakan kubikasi selter yang cukup luas jika tidak ditekan. Selain itu, mesin pencetak bak telur dibutuhkan untuk memanfaatkan sampah kardus yang masuk menjadi barang yang bernilai jual," katanya.

Ia menjelaskan dalam setiap tahun, TPA itu menampung rata-rata 30.000 ton sampah.

Pada Tahun 2016, sampah yang ditampung sebanyak 31.128 ton, 2017 sebanyak 29.749 ton dan Tahun 2018 sebanyak 33.910 ton.

Angka itu tidak termasuk sampah yang ada di tempat pembuangan sampah (TPS) di tiap kabupaten dan kota di Provinsi Gorontalo.

TPA Talumelito melayani sampah dari seluruh wilayah Kota Gorontalo, sebagian dari Bone Bolango, yakni Kecamatan Kabila, Tilongkabila dan Suwawa serta Kabupaten Gorontalo untuk Kecamatan Telaga, Limboto dan Limboto Barat.

Pewarta: Debby H. Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2019