Dukungan itu disuarakan langsung melalui akun Instagram Oxford United dan diikuti pula oleh Erick serta Anindya dengan mengunggah pesan gambar yang serupa.
"Jangan hanya diam. Kita harus bersatu melawan rasisme dan semua ketidakadilan. Kita adalah Oxford United," tulis pesan klub yang bermain di divisi Football League One tersebut.
Aksi memerangi rasisme saat ini telah menjadi gerakan dunia, yang berawal dari Amerika Serikat menyusul tewasnya George Floyd. Pun demikian di dunia sepak bola yang tak luput dari masalah rasial. Sejumlah pemain dunia baik kulit hitam maupun keturunannya kerap mendapat perlakuan rasial.
"Saya menjunjung tinggi keadilan karena kita semua sama," tulis Erick Tohir yang juga menjabat menteri BUMN ini dalam Instagram pribadinya.
Erick dan Anindya sendiri menduduki jajaran direksi Oxford United sejak November 2018 lalu. Dalam menjalankan roda klub, mereka dibantu pengusaha asal Thailand, Sumrith Thanakarnjanasuth, yang juga sebelumnya memiliki saham Reading FC.
Sejak diambil alih, penampilan Oxford United mulai meningkat. Musim lalu klub yang bermarkas di Stadion Kassam itu menempati urutan 12, sementara musim ini menduduki posisi ketiga klasemen hingga pekan ke-35 sebelum kompetisi ditangguhkan pandemi COVID-19.
"Kita melakukan perbaikan serta menerapkan investasi dengan baik dan tepat, terutama dalam memilih dan mengontrak pemain. Sehingga hasilnya cukup baik," kata Anindya dalam keterangannya, Jumat.
Kini pemilik, pengurus dan pemain The Yellows, menantikan keputusan federasi sepak bola Inggris tentang kapan kompetisi akan diteruskan, setelah terhenti sejak Maret lalu.
Baru Premier League, liga teratas di Inggris, yang sudah memutuskan berkompetisi mulai 17 Juni. Sedangkan divisi lainnya, belum ada kejelasan.
"Bisa juga keputusannya tidak diteruskan dan Oxford melangkah promosi ke Liga Championship. Atau kompetisi tetap diputar dan promosi melalui babak playoff, bertanding dengan klub nomor empat, lima dan enam," kata dia.