Gorontalo (ANTARA) - Sejumlah pedagang daging sapi di pasar tradisional di Kota Gorontalo mengaku adanya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) ternak tidak berdampak pada penjualan dan harga daging di daerah itu.
Salah seorang pedagang di Pasar Sentral, Tomi Lakoro, Jumat, mengatakan hingga saat ini Penyakit Mulut dan Kuku yang menyerang hewan ternak tidak ada di Gorontalo.
"Kalau di Gorontalo Alhamdulillah aman, dan tidak ada Penyakit Mulut dan Kuku," ujarnya.
Ia menjelaskan, harga jual daging sapi masih stabil di harga Rp125.000 hingga Rp130.000/kilogram, turun sekitar Rp10.000 pasca Hari Raya Idul Fitri.
"Harga memang turun setelah Lebaran, namun bukan karena PMK, tapi permintaan yang mulai berkurang dari konsumen seiring belum adanya musim pesta dan perayaan hari besar," ucap dia.
Tomi berharap, masyarakat tidak ragu untuk membeli dan mengkonsumsi daging sapi, karena PMK tidak menyerang manusia.
Pedagang lainnya, Fery mengaku penjualan daging sapi memang turun setelah Lebaran, di mana ia biasa memotong hingga dua ekor sapi dalam sehari, kini berkurang hingga satu ekor sapi saja.
Sebelumnya, Dokter hewan dari Balai Karantina (Barantan) Provinsi Gorontalo, Kristina Dwi Wulandari mengatakan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak tidak akan menular ke manusia.
"Virus ini bukan zoonosis, jadi dia tidak akan menyebar ke manusia," ujar Kristina.
Namun tingkat penularannya dari satu hewan ke hewan lainnya sangat tinggi, sampai dengan 100 persen hingga dapat menyebabkan kerugian otonomi pada ternak yang sangat tinggi.
"Sedangkan kita tahu sendiri ternak merupakan sumber pangan di kita, apalagi Provinsi Gorontalo bisa kita sebut sebagai sumber ternak, karena kita sering sekali mengirimkan sapi untuk suplai ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara," kata dia.
Ia menjelaskan, PMK merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan menyerang kepada organ-organ pencernaan, kemudian juga pada kuku.
Penjualan daging sapi di Gorontalo tidak terdampak PMK ternak
Jumat, 27 Mei 2022 16:41 WIB