Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi terus mendorong upaya kesetaraan vaksin dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi di masa depan ketika memimpin pertemuan COVAX Advance Market Commitment Engagement Group (AMC-EG) pada Rabu (28/9).
“Pandemi COVID-19 memang belum selesai, tetapi akhir dari pandemi sudah tampak di depan mata,” kata Retno dalam pertemuan tersebut, seperti disampaikan melalui keterangan tertulis Kemlu RI.
Untuk menuju akhir pandemi, Menlu Retno menyampaikan solusi jangka pendek, yaitu agar COVAX AMC-EG terus mengatasi kesenjangan vaksin, antara lain dengan memperkuat kampanye vaksinasi, terutama di negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang rendah.
Solusi jangka panjang yang dia paparkan adalah pentingnya mengubah pola pikir dari “gawat darurat" menjadi “siap siaga" untuk merespons pandemi di masa depan.
Retno juga menekankan pentingnya terus mendorong solidaritas global dan memastikan akses setara terhadap solusi medis, terutama bagi negara berkembang.
“Dunia saat ini membutuhkan mekanisme permanen yang mampu memperkuat arsitektur kesehatan global. Oleh karenanya, Presidensi Indonesia di G20 turut mengamankan medical solutions bagi negara berkembang melalui Financial Intermediary Fund (FIF),“ kata dia.
Mengingat masih terdapat kesenjangan distribusi vaksin dan capaian vaksinasi, para co-chairs, yaitu Menteri Kesehatan Ethiopia dan Menteri Pembangunan Internasional Kanada, mendukung keberlanjutan kinerja COVAX hingga 2023, khususnya untuk mendorong upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap pandemi di masa depan.
Dalam pertemuan COVAX AMC-EG itu dibahas pula mengenai perkembangan terkini penyediaan vaksin bagi negara anggota AMC. Sekitar 76 persen dosis vaksin yang ada di negara-negara berpenghasilan rendah berasal dari skema COVAX.
Selain itu, pertemuan juga menyepakati pentingnya penyesuaian struktur COVAX dengan perkembangan pandemi terkini, termasuk dengan meningkatkan kapasitas bagi negara-negara agar siap menghadapi potensi pandemi lainnya.
“COVAX harus terus bekerja dengan WHO untuk memastikan setiap negara memiliki sumber daya yang diperlukan demi memperkuat strategi kesehatan nasionalnya,” tutur Retno.
COVAX AMC adalah mekanisme penyaluran vaksin secara gratis kepada negara anggotanya, yaitu 92 negara berpendapatan menengah ke bawah dan berpendapatan rendah. Sebagai forum kerja sama multilateral, COVAX telah membuktikan bahwa multilateralisme bekerja efektif.
Hingga kini, sedikitnya 1,72 miliar dosis vaksin telah dikirim oleh COVAX melalui jalur multilateral. Sebanyak 79 negara telah mencapai target vaksinasi 70 persen, termasuk Indonesia.
Melalui COVAX, Indonesia telah mendapatkan 130.662.975 dosis vaksin COVID-19 secara gratis.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Indonesia dorong kesetaraan vaksin dan kesiapsiagaan hadapi pandemi