Bandung (ANTARA GORONTALO) - Memiliki kecintaan kepada atletik, Emanuel
Permana Anjar Herlambang mantap menjadi pendamping atlet paralimpik
lari.
"Dulu, waktu kuliah 2008, di UNS Solo di olah raga. Ikut
atletik, sementara ada kegiatan seperti ini, ada yang membutuhkan
seorang guide. Dari pelatih, dosen, menginginkan saya untuk ikut
(2011). Saya terima, sampai sekarang pun malah lebih nyaman. Sudah
terbiasa," ujar dia kepada ANTARA News di Stadion Gelora Bandung Lautan
Api, Kota Bandung, belum lama ini.
Layaknya pendamping, lelaki asal daerah Solo itu harus selalu berada di sisi atlet sebelum, saat latihan, dan usai pertandingan.
Salah satu yang didampinginya adalah Abdul Halim, pelari peraih emas di ASEAN Para Games 2015 di Singapura.
Emanuel
mendampingi Halim sejak 2014 hingga sekarang.
"Sebagai tandem, teman, sebelum atau saat latihan kami dampingi terus.
Enggak boleh lepas. Saat pertandingan dimulai, harus kompak," kata
Emanuel.
Atlet binaan yang semula dianggapnya orang asing, lama kelamaan menjadi keraba. Perubahan mood atlet, karakter, cara latihan, perlahan dipahaminya.
"Kadang mood orang
beda-beda, dia lagi sedih kita godain, agak emosi. Kadang saat kita
tidak bisa menemani, dia butuh bantuan, agak enggak tega. Soalnya ke
mana-mana selalu berdua. Sudah kayak saudara sendiri," akunya.
Kebersamaan bersama atlet, bagi Emanuel, adalah modal penting saat pertandingan.
"Kalau seorang guide enggak punya kekompakan sama atletnya nanti jalannya pertandingan bisa tidak berjalan baik."
Bagi dia, seorang pendamping harus mampu melebihi atlet.
"Basic guide,
kemampuannya harus melebihi kemampuan atlet tuna netranya. Saat lari
harus bisa mengimbangi teknik larinya, kecepatannya," tutur dia.
Sesaat sebelum pertandingan dimulai, pendamping dibolehkan mengaitkan tali pada bagian tubuh atlet.
Tali ini berfungsi menjaga atlet tetap pada lintasan dan sebagai alat pemberi kode saat berada pada tikungan.
Kemudian,
saat aba-aba pertandingan diperdengarkan, pendamping memberikan kode
berupa tepukan. Semakin cepat kecepatan tepukan menandai saatnya atlet
harus beranjak dari garis start.
Saat berlari hingga finish, posisi pendamping harus selalu di belakang atlet.
"Saya
tepuk. Dari pelan, akselarasi dari lambat terus semakin cepat dan
cepat, (atlet harus beranjak)," kata dia.
"Saat masuk finish pun harus memberi kode. Kan ada aturannya. Saat
finish seorang guide tidak boleh mendahului atletnya, harus di
belakangnya. Start bareng, tetapi saat finish guide di belakang".
Kerja keras pendamping terbayar manakala melihat sang atlet sukses dikalungi medali emas.
"Saya juga bangga kalau atlet yang saya dampingi nantinya juara di level yang paling tinggi," kata dia.
Soal penghasilan dan jenjang karir, Emanuel mengaku optimistis semakin baik.
"Sekarang ini, sudah jauh lebih baik. Dari pemerintah sendiri, sangat memperhatikan tunjangan pelatih, guide atau pun atletnya," ucap Emanuel.
Kini,
dia berambisi mendampingi Halim pada Asian Para Games, mengalahkan
lawan terberat dari China dan meraih emas pada ASEAN Para Games.
PEPARNAS - Rahasia sukses pelari tuna netra
Rabu, 19 Oktober 2016 17:38 WIB