Washington (ANTARA GORONTALO) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama
menyambut kedatangan presiden terpilih, Donald Trump, di Gedung Putih
pada Kamis untuk mengatur peralihan kepemimpinan setelah capres Partai
Republik itu secara mengejutkan memenangi pemilihan dua hari sebelumnya.
Sebelumnya, kedua tokoh itu hampir tidak pernah bertemu empat mata.
Trump, dari Partai Republik, merupakan sosok yang
menghembus-hembuskan gerakan untuk mempertanyakan keaslian
kewargangaraan Obama. Ia juga menjanjikan akan membatalkan berbagai
pencapaian kebijakan politik Demokrat setelah dirinya mulai menjabat
sebagai presiden pada 20 Januari.
Obama sebelumnya berkampanye habis-habisan untuk menggalang
dukungan bagi saingan Trump dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, dan
menyebut Trump memiliki temperamen yang tak layak sebagai presiden.
Obama juga mengingatkan bahwa Trump berbahaya karena ia tidak memiliki
kesiapan untuk menjaga kode nuklir Amerika Serikat.
Obama dan Trump akan berupaya mengesampingkan ketegangan di antara
mereka, setidaknya di depan kamera, selama pertemuan mereka di Oval
Office, Gedung Putih.
Ibu Negara Michelle Obama juga akan bertemu berdua dengan istri Trump, Melania, di kediaman Gedung Putih.
Pada Rabu, Obama mengatakan bahwa, kendati ia memiliki berbagai
perbedaan besar dengan Trump, ia akan mengikuti langkah yang dicontohkan
mantan presiden dari Partai Republik, George W. Bush, pada 2008 dan
memastikan proses peralihan kepemimpinan berjalan mulus.
"Delapan tahun lalu, saya dan Presiden Bush mempunyai cukup banyak
perbedaan penting namun tim Bush sangat profesional dan lebih pemurah
dalam memastikan bahwa transisi di antara kami berjalan lancar," ungkap
Obama.
"Jadi, saya telah memerintahkan tim saya untuk mengikuti contoh
yang diberikan tim Presiden Bush," kata Obama dikutip Reuters.
Obama dan Trump bertemu di Gedung Putih untuk transisi kekuasaan
Jumat, 11 November 2016 9:09 WIB