Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan
Djalil mengatakan bahwa Pulau Jawa sedang mengalami masalah yang nyata
yaitu krisis air.
"Tata ruang harus dilihat lagi dan pemerintahan harus mengadakan
evaluasi terhadap planologi, kenapa bisa banjir di satu daerah namun
daerah lain juga kekurangan air," kata Sofyan Djalil ketika hadir dalam
Diskusi Nasional dengan tema "Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air" di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jakarta, Senin.
Ia juga menjelaskan bahwa masalah air dan penyelamatan hutan, kalau
melihat undang-undang serta dijalankan dengan benar, seharusnya tidak
ada masalah, karena fisik Indonesia 67 persen adalah hutan sehingga yang
perlu dibenarkan hanya 33 persennya oleh Badan Pertanahan Nasional
(BPN).
Untuk menanggapi permasalahan tersebut, sebanyak delapan kementerian
telah menyepakati untuk merevitalisasi Gerakan Nasional Kemitraan
Penyelamatan Air (GN-KPA) dalam upaya penyelamatan hutan, tanah dan air.
Delapan kementerian tersebut diantaranya adalah Kementerian PUPR,
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional /
Bappenas, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Lingkungan
Hidup, Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, Kementerian Desa dan
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang sebelumnya telah
direncanakan pada 9 Mei 2015 serta dimaksudkan untuk menggalakkan
kembali program-program GN-KPA.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono juga menyampaikan bahwa guna mengatasi
hal tersebut salah satunya perlu adanya deregulasi peraturan
undang-undang.
"Saya yakin kesepakatan ini dapat menjadi langkah awal dalam
memadukan program dan aksi yang ada di masing-masing kementerian dalam
rangka upaya penyelamatan air. Partisipasi dari seluruh stakeholder
merupakan kunci utama suksesnya GN-KPA," kata Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
Untuk menyelamatkan air dan mengurangi bencana terkait air ini,
program dan aksi berbagai pihak seperti Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dunia usaha, serta masyarakat perlu disinergikan, menurut penjelasan
Basuki.
Sementara itu, Kementerian PUPR sendiri memiliki beberapa target
pembangunan infrastruktur di tahun 2015-2019 yaitu penguatan
konektivitas, peningkatan permukiman, penyediaan perumahan, dan
ketahanan air atau pangan.
Beberapa target pembangunan infrastruktur di bidang ketahanan air
antara lain pembangunan sebanyak 65 waduk, kemudian pembangunan sarana
dan prasarana pengendali banjir sepanjang 3.000 km, selanjutnya
pembangunan 1.893 embung atau bangunan penampung air lainnya, serta
pembangunan dan peningkatan sarana prasarana pengelolaan air baku
berkapasitas 67,52 meter kubik.
Kementerian PUPR juga memiliki
program pengendalian banjir nasional pada tahun 2015 -2019, diantaranya
pembangunan prasarana pengendali banjir Sungai Asahan, perbaikan tebing
tanggul-tanggul kritis Sungai Citarum Hilir, normalisasi Kali Ciliwung,
dan pembangunan sudetan Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur.
Sofyan Djalil: Pulau Jawa krisis air
Senin, 14 November 2016 18:05 WIB