Seoul (ANTARA) - Korea Utara diperkirakan telah kehilangan lebih dari 6.000 personel militer yang tewas atau cedera saat ditugaskan menghadapi militer Ukraina di wilayah Kursk, Rusia barat, menurut Kementerian Pertahanan Inggris.
Kesimpulan tersebut disampaikan Kemhan Inggris di media sosial X, Ahad, dua bulan setelah mereka merilis perkiraan awal bahwa hingga awal April 2025, ada 5.000 tentara Korut yang menjadi korban di garis depan peperangan di wilayah Kursk.
"Total korban tersebut melampaui setengah dari sejumlah 11.000 tentara DPRK yang dikirim sebelumnya ke wilayah Kursk," ucap Kemhan Inggris dalam pernyataannya, merujuk pada nama resmi Korut, Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK).
"Jumlah korban yang signifikan dari pihak DPRK hampir pasti disebabkan oleh serangan-serangan besar dan berangsur melemahkan," menurut kementerian tersebut.
Kemhan Inggris mengatakan bahwa operasi militer Korut dalam perang di Ukraina sejauh ini terbatas di wilayah Kursk, karena keputusan untuk menerjunkan tentara Korut ke wilayah Ukraina kemungkinan akan memerlukan persetujuan langsung dari Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Sementara itu, menurut militer Korea Selatan, Korut diperkirakan telah mengirim 3.000 personel militer tambahan ke wilayah Kursk tahun ini setelah tahun lalu mengirim 11.000 personel militer mereka ke Rusia.
Dinas intelijen Korsel juga telah menyampaikan kepada anggota parlemen akhir April lalu bahwa 4.700 personel Korea Utara telah jatuh menjadi korban dalam perang Rusia-Ukraina. Dari jumlah tersebut, 600 personel diperkirakan tewas.
Sumber: Yonhap
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Lebih dari 6.000 personel Korut jadi korban perang Rusia-Ukraina