Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Presiden Joko Widodo berpesan agar semua pihak
menyampaikan informasi termasuk kondisi perekonomian Indonesia yang
positif kepada investor.
Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Pembukaan
Rapat Koordinasi Nasional Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2017 yang digelar
di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) Bali, Jumat.
"Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2016 yang mencapai angka
5,02 persen dan rendahnya tingkat inflasi di angka 3,02 persen menjadi
modal yang baik untuk menarik minat para investor untuk berinvestasi di
Indonesia. Kondisi yang baik seperti ini yang harus disampaikan ke
investor," kata Presiden sebagaimana dikutip dari Kepala Biro Pers,
Media dan Informasi Sekretariat Presiden Bey Machmudin.
Presiden Jokowi mengajak semua pihak untuk selalu optimis terhadap
kondisi perekonomian Tanah Air dan beberapa hal yang masih perlu
diperbaiki, akan terus diupayakan agar mengalami perbaikan.
"Kerja
itu harus optimis, apalagi dengan angka-angka yang saya sampaikan,
enggak ada itu pesimis, tapi memang ada kondisi yang perlu diperbaiki,"
ujar Presiden.
Lebih lanjut, Presiden mengatakan, banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan investasi di Tanah Air.
Pertama, peningkatan anggaran APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara) untuk membangun infrastruktur, kemudian penghapusan berbagai
regulasi yang dinilai menghambat tumbuhnya investasi.
"Dari APBN
tahun ini, Rp2.080 triliun. Dan sekarang kita fokus APBN kita pada
percepatan pembangunan infrastruktur, mengejar ketertinggalan kita
karena ini basic yang harus dikerjakan oleh kita," ucapnya.
Presiden Jokowi secara khusus juga meminta agar proses penerbitan
SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
dapat diintegrasikan menjadi satu bagian dan tanpa memerlukan
perpanjangan.
Kecepatan, menurut Presiden, menjadi kunci untuk mencapai kemajuan
bangsa. Pemerintah pusat dan daerah diharapkan dapat meningkatkan
koordinasinya sehingga berjalan satu arah.
"Saya minta masalah
SIUP/TDP, coba gabung jadi satu, amanat Undang-Undang. Nggak usah pakai
perpanjangan. Seumur-umur sudah. Ngapain hal-hal itu diteruskan.
Kecepatan memutuskan, melayani, kuncinya di situ," imbuhnya.
Selain itu, era globalisasi dan perkembangan teknologi menurut
Presiden merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia
sekarang ini.
Kompetisi antar negara menjadi sesuatu hal yang lumrah terjadi untuk
itu, Presiden menegaskan, bangsa Indonesia tidak boleh tertinggal.
Dalam konteks investasi, jangan sampai investor beralih ke negara
lain dikarenakan iklim investasi di Tanah Air yang kurang mendukung.
"Investor sekarang punya banyak pilihan. Saya enggak dilayani di
Indonesia, saya bisa pergi ke tempat, negara lain," kata Presiden.
Presiden mengatakan, negara perlu membangun kepercayaan dan
persepsi yang positif di mata investor. Iklim investasi yang sehat juga
akan berperan penting dalam meningkatkan investasi.
"Kekayaan apapun tapi kalau persepi jelek ya sulit. Membangun
kepercayaan, sama daerah juga sama. Kalau layani investor masih amplop,
sulit, saya blak-blakan saya, masih meras-meras ya lupakan," tegas
Presiden.
Selain itu, Presiden menerangkan bahwa Indonesia juga harus bergerak
cepat dalam mengikuti perkembangan global. Persaingan antar negara
tidak bisa dihindari karena semua negara berebut investasi.
"Konsekuensinya
adalah di dunia sekarang dalam persaingan antarnegara, bukan lagi besar
kalahkan kecil. Bukan yang kuat, tapi yang cepat akan mengalahkan yang
lambat. Yang lambat kalah, ini yang perlu saya ingatkan karena investasi
ini diperlukan," ungkap Presiden.
Standar Nasional
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi juga mengingatkan kepada
pemerintah daerah untuk mengikuti standar nasional yang telah disusun
pemerintah pusat dalam hal regulasi di bidang investasi.
Presiden menginginkan adanya sinkronisasi antara pemerintah pusat dan daerah agar iklim investasi menjadi kompetitif.
"Kita
ini NKRI jangan terpecah belah karena aturan, daerah, atau kelompok
bikin standar sendiri. Tolong ikuti standar nasional yang sudah kita
susun dan buat kalau mau kompetitif di kelas dunia," ucapnya.
Dengan terintegrasinya standar nasional tersebut, akan tercipta
sebuah pasar nasional yang besar sehingga akan terwujudnya pemerataan
dalam hal pembangunan.
Presiden menegaskan, pemerintah baik pusat maupun daerah harus
berani berkorban untuk meninggalkan ego sektoral demi tercapainya
cita-cita pembangunan nasional melalui infrastruktur.
"Karena
kita harus keluar semua dari zona nyaman. Mending kita sakit daripada
rakyat sakit. Kalau infrastruktur jadi, ekonomi kita hidup, baru bapak
ibu semua punya kebanggaan. Ini masalah rasa," ujar Presiden.
Turut mendampingi Presiden Joko Widodo dalam acara tersebut
Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) Thomas Lembong, dan Gubernur Bali I Made Mangku Pastika.
Presiden berpesan agar investor diberi informasi positif
Jumat, 24 Februari 2017 23:00 WIB