Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Direktur Kesehatan Keluarga Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Eni Gustina mengatakan gawai
berdampak pada peningkatan prevalensi gangguan visus mata atau tajam
penglihatan anak.
Eni dalam konferensi pers di kantor Kementerian Kesehatan, Senin,
mengatakan pemeriksaan pada siswa SD yang dilakukan Kementerian
Kesehatan pada 2016 di beberapa daerah Indonesia menunjukan 20 persen
sampai 25 persen anak mengalami gangguan visus mata.
Jumlah prevalensi tersebut meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang tercatat hanya pada angka 10 persen.
"Karena mata ada kemampuan daya akomodasinya, kalau mata lelah akan berdampak pada visus mata anak," kata Eni.
Dia juga menyebutkan hasil penelitian dari Satgas Tumbuh Kembang Anak
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang mengungkapkan bahwa dampak pada
anak paling dominan yang diakibatkan karena penggunaan gawai sejak
kecil ialah keterlambatan kemampuan bicara atau late speech.
Selain itu, penggunaan gawai pada anak sejak dini juga berpengaruh
pada gangguan perilaku anak seperti hiperaktif, autisme, dan obesitas
atau kelebihan berat badan karena kurangnya gerak tubuh.
Presiden Joko Widodo mengingatkan pada anak-anak dalam rangka peringatan
Hari Anak Nasional 2017 di Pekanbaru, Minggu (23/7) untuk tidak
menggunakan media sosial sebelum 13 tahun.
Sementara pendiri perusahaan perangkat komputer Bill Gates menyarankan
anak di bawah 14 tahun tidak menggunakan ponsel atau gawai.
Kemenkes: gawai tingkatkan gangguan visus mata anak
Senin, 24 Juli 2017 17:37 WIB