Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Arcandra Tahar menyatakan pengembangan energi baru terbarukan
(EBT) adalah keharusan namun harus mempertimbangkan unsur keekonomian
agar pemanfaatannya tidak membebani masyarakat.
"Renewable energy adalah keharusan bukan lagi pilihan apakah kita memilih fosil atau renewable energy. Yang
terpenting adalah keekonomiannya. Jangan sampai kita mengembangkan
sesuatu tapi yang kita kembangkan mahal sekali," kata Arcandra pada
halal bihalal Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta
di Kantor Kementerian ESDM Jakarta, Minggu.
Ia menjelaskan ada
beberapa program kerjasama bidang EBT antara Balitbang Kementerian ESDM
dan UPN yang sudah berjalan, yakni pengembangan biofuel dari kemiri
sunan dan shorghum.
Sifat energi fosil bukan termasuk energi yang habis, namun tak bisa diproduksi lagi.
"Seandainya
cadangan terbukti minyak kita 3,6 miliar barel dengan tingkat produksi
800 ribu per hari dan konstan, itu dalam waktu 12 tahun lagi akan habis.
Itu yang harus kita ubah, yang benar adalah bukan habis, tetapi tidak
bisa memproduksikan minyak," kata Arcandra.
Ia memaparkan energi
fosil tidak habis karena belum ada teknologi yang bisa menguras minyak
hingga di bawah perut bumi sampai 100 persen.
Teknologi yang ada
saat ini baru mengeksplorasi paling banyak 40-50 persen minyak yang ada
sehingga masih sekitar 60 persen minyak di bawah perut bumi.
Ia menganggap kondisi ini adalah tantangan bagi hadirnya teknologi baru yang bisa mengambil cadangan minyak itu.
Arcandra bicara keekonomian energi terbarukan dan fakta lain energi fosil
Senin, 31 Juli 2017 8:25 WIB