Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Pimpinan Pusat Muhammadiyah meminta Pemerintah
Republik Indonesia untuk mempertimbangkan penyediaan kawasan bagi
pengungsi dari etnis Rohingya.
Ketua PP Muhammadiyah Bahtiar Effendi, Jumat di Jakarta
mengatakan upaya tersebut dianggap bisa membantu etnis Rohingya yang
kini tengah mendapat persekusi dari pemerintah Myanmar.
Untuk diketahui, beberapa dekade silam pemerintah Indonesia pernah
melakukan hal tersebut terhadap pengungsi Perang Vietnam dengan
menyediakan kawasan Pulau Galang, Batam sebagai tempat menampung para
pengungsi.
"Kami juga meminta pemerintah mengevaluasi kebijakan diplomasi yang
selama ini diterapkan kepada Myanmar karena tidak terbukti menghentikan
Myanmar melakukan praktik Genosida terhadap etnis Rohingya," kata
Bahtiar.
Bahtiar mengatakan, krisis Myanmar jika dibiarkan bisa mengancam
stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara karena akan menumbuhkan
perlawanan terhadap Myanmar, perdagangan manusia, dan imigran ilegal
yang bisa membanjiri kawasan.
PP Muhammadiyah juga meminta ASEAN untuk menekan Myanmar di
antaranya lewat pertimbangan pembekuan keanggotan Myanmar dari ASEAN.
Karena besarnya jumlah korban, ASEAN diharapkan tidak mengedepankan
prinsip non-intervensi dan menggantinya dengan ikut bertanggung jawab
dalam menyelesaikan krisis ini.
Aktivis HAM seluruh dunia juga diminta untuk ikut ambil bagian dalam memperhatikan krisis Rohingya.
"Dalam hal ini, PP Muhammadiyah bersedia memimpin untuk menggalang bantuan dan dukungan bagi etnis Rohingya," kata dia.
PP Muhammadiyah juga mendesak Mahkamah Kejahatan Internasional
untuk mengadili pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam kasus ini.
Komite hadiah nobel pun diminta mencabut hadiah Nobel bagi pemimpin
Myanmar Aung San Suu Kyi karena alih-alih mendamaikan malah memperburuk
keadaan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa juga diminta turun tangan mengingat
Myanmar tak punya itikad baik dalam menyelesaikan konflik. Kepada
Bangladesh, PP Muhammadiyah juga meminta negara tersebut membuka
perbatasan untuk alasan kemanusiaan.
"PBB menyebut Rohingya sebagai etnis paling tertindas di muka bumi.
Mereka tertolak di Myanmar dan tertindas di Bangladesh. Karena
ketidakjelasan identitas ini akhirnya akses mereka terhadap pendidikan,
kesehatan, dan tempat tinggal layak sangat terbatas," ucap dia.
Berdasarkan pantauan PP Muhammadiyah dalam satu pekan terakhir
3.000 etnis Rohingya mengungsi ke perbatasan Bangladesh untuk menghindar
dari kebrutalan militer Myanmar. Jumlah korban mencapai 800 orang baik
dari perempuan dan anak-anak.
Muhammadiyah minta pemerintah berperan entaskan krisis Rohingya
Sabtu, 2 September 2017 10:09 WIB