Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai bahwa
secara umum kinerja industri pasar modal domestik sepanjang tahun ini
mencatatkan penguatan dengan volatilitas yang relatif rendah.
"Memasuki akhir Oktober 2017 IHSG telah tumbuh sebesar 12,81 persen
(year to date). Bahkan pada penutupan pasar tanggal 25 Oktober 2017,
IHSG mencatatkan rekor baru tertinggi sepanjang sejarah, yakni ditutup
pada posisi 6.025 poin," kata Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II
OJK, Fakhri Hilmi di Jakarta, Selasa.
Penguatan itu, lanjut dia, terutama ditopang oleh masuknya investor
domestik ke pasar modal, di tengah kecenderungan jual oleh investor
asing akibat dipengaruhi ketidakpastian global.
"Kondisi fundamental emiten yang membukukan kenaikan kinerja, mendorong aktivitas investor domestik," ujarnya.
Sementara itu, lanjut dia, penghimpunan dana oleh korporasi melalui
pasar modal pada triwulan ketiga 2017 juga menunjukkan peningkatan
sebesar 63,3 persen menjadi Rp188 triliun. Peningkatan itu terutama
didorong oleh penghimpunan dana yang dilakukan oleh lembaga jasa
keuangan untuk membiayai modal kerja.
Ia menambahkan bahwa optimisme positif juga ditunjukkan industri
reksa dana dimana pada triwulan ketiga 2017 mencatatkan nilai aktiva
bersih (NAB) naik 8,15 persen menjadi Rp414 triliun (quarter to
quarter). Selain itu jumlah produk reksa dana serta unit penyertaannya
juga mengalami tren yang meningkat.
Mengenai tantangan ekonomi serta industri keuangan nasional ke
depan, Fakhri Hilmi mengatakan bahwa pihaknya melihat ada beberapa hal
yang diperkirakan masih akan dihadapi pada tahun 2018 dan perlu terus
dicermati, yakni ketidakpastian kebijakan ekonomi dan politik global
yang terpantau tinggi hingga akhir tahun 2017.
"Itu mempersempit ruang kebijakan yang dapat diambil oleh negara-negara berkembang, khususnya di sektor keuangan," katanya.
Ia menambahkan bahwa pemulihan ekonomi domestik diperkirakan
mengalami hambatan, yang dipicu oleh stagnasi harga komoditas global
hingga beberapa tahun ke depan. Selain itu, normalisasi kebijakan
moneter negara maju, khususnya Amerika Serikat dimana the Fed
diperkirakan menaikkan kembali suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR).
Namun demikian, ia mengatakan bahwa di tengah berbagai peluang dan
tantangan yang masih akan dihadapi pada tahun 2018 mendatang, OJK
memperkirakan pertumbuhan ekonomi domestik akan terus meningkat, sejalan
dengan indikator sektor riil yang berada pada "picking up trend".
"Hal itu didukung oleh perkiraan berbagai organisasi internasional
yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 akan
berada di kisaran 5,2 persen hingga 5,3 persen, sementara tingkat
inflasi akan berkisar 3,8 persen hingga 4,5 persen," paparnya.
OJK: pasar modal domestik catatkan penguatan
Selasa, 31 Oktober 2017 22:11 WIB