Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Ekonom DBS Group Research, Gundy Cahyadi sepakat
dengan komitmen pemerintah yang ingin mengurangi ketergantungan kondisi
perekonomian kepada komoditas dan lebih fokus kepada industri
manufaktur.
"Pemerintah telah berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan
terhadap produk komoditas. Ini dilakukan dengan menerbitkan 16 paket
reformasi kebijakan dalam dua tahun terakhir," kata Gundy Cahyadi,
Senin.
Menurut Gundy dalam laporan bertajuk "Indonesia in 2018/2019: Higher
Gear" menyatakan hal tersebut terbukti bahwa peringkat Indonesia dalam
kemudahan berusaha yang dirilis Bank Dunia meroket dari peringkat 106
pada 2016 menjadi 72 pada 2018.
Dengan langkah itu, ujar dia, investasi asing langsung ke sektor
manufaktur pun mencatat rekor tertinggi sebesar 16,6 miliar dolar AS
pada 2016.
Ia juga berpendapat bahwa investor tidak lagi menjadikan sektor
pertambangan sebagai tujuan investasinya, melainkan sektor permesinan
dan elektronik.
"Tidak seperti negara-negara lain, Indonesia adalah salah satu
negara yang tidak mengambil keuntungan dari tumbuhnya permintaan produk
manufaktur global," ucapnya.
Gundy juga mengingatkan bahwa ekspor Indonesia masih mengandalkan
sektor komoditas, terutama batu bara yang tumbuh 49 persen, minyak sawit
mentah sebesar 44 persen, dan migas sebesar 21 persen. Sementara ekspor
produk manufaktur hanya tumbuh 2,5 persen.
Sebagaimana diwartakan, Direktur Corporate Affairs Asian Agri,
Fadhil Hasan, meyakini sektor komoditas Indonesia mampu tumbuh lebih
baik di 2018 sehingga mampu mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Umumnya harga komoditas sudah mulai `recover`. Tahun depan mungkin
masih akan berlanjut, namun tidak akan mencapai sebesar beberapa tahun
lalu," kata Fadhil usai acara temu media di Singapura, Jumat (8/12).
Peneliti di The Institute for Development of Economics and Finance
(INDEF) itu mengatakan bahwa kinerja sektor komoditas berkaitan dengan
harga minyak dunia.
Sebelumnya, lembaga Center of Indonesian Policy Studies (CIPS)
menginginkan kebijakan pemerintah terkait dengan perdagangan
internasional dapat memaksimalkan ekspor untuk sejumlah komoditas
pilihan nusantara.
"Indonesia sebaiknya memaksimalkan ekspor pada komoditas-komoditas
yang memang menjadi kelebihannya," kata Kepala Peneliti CIPS Hizkia
Respatiadi.
Menurut Hizkia, sejumlah komoditas pilihan yang menjadi kelebihan
Indonesia itu antara lain kopi, mengingat saat ini juga terjadi
peningkatan konsumsi kopi global.
Selain itu, ujar dia, CIPS juga mendorong pemerintah untuk menghapus
berbagai aturan yang menjadi hambatan nontarif dalam perdagangan.
Ekonom sepakat komitmen pemerintah kurangi ketergantungan komoditas
Senin, 11 Desember 2017 22:48 WIB