Harare (ANTARA GORONTALO) - Presiden baru Zimbabwe Emmerson Mnangagwa pada
Kamis menyeru Barat mencabut sanksi terhadap pemerintahnya dalam pidato
kepada pejabat partai berkuasa dan mengatakan pemilihan umum, yang
dijadwalkan pada 2018, lebih dekat daripada yang diharapkan.
Mnangagwa, 75, menjadi pemimpin negara di Afrika selatan itu pada
bulan lalu setelah militer dan partai penguasa ZANU-PF berbalik melawan
Robert Mugabe, yang telah memerintah negara tersebut selama 37 tahun dan
terlihat menyiapkan istrinya, Grace, untuk menggantikannya.
Sementara Uni Eropa menghapus sanksi terhadap pejabat ZANU-PF,
anggota militer dan beberapa perusahaan milik pemerintah pada 2014,
Amerika Serikat terus melakukan embargo perjalanan dan ekonomi pada
beberapa tokoh partai berkuasa.
"Kami meminta pencabutan sanksi politik dan ekonomi tanpa syarat,
yang telah melumpuhkan pembangunan nasional kami," kata Mnangagwa pada
pertemuan komite sentral ZANU-PF di pusat kota Harare.
"Kami menyadari bahwa pengucilan itu tidak bagus atau layak karena
ada lebih banyak keuntungan melalui solidaritas, kemitraan yang saling
menguntungkan," katanya.
Masyarakat internasional akan mengamati secara seksama pemilihan
umum berikutnya pada 2018, yang menurut Mnangagwa akan bebas dan adil
serta akan diadakan lebih dekat daripada yang diperkirakan kebanyakan
orang.
Pemungutan suara dijadwalkan pada akhir Juli 2018, namun ada
pembicaraan bahwa pemilihan umum dapat diajukan pada awal Maret.
"Pemerintah akan menggunakan semua kekuatan untuk memastikan bahwa
pemilihan umum dapat dipercaya, bebas dan adil. Pemilihan umum itu lebih
dekat daripada yang Anda perkirakan," katanya tanpa menjelaskan lebih
jauh. Demikian laporan Reuters.
Presiden Zimbabwe Mnangagwa minta Barat cabut sanksi
Jumat, 15 Desember 2017 8:36 WIB