"Pemecahan rekor dunia tari Poco-Poco sebagai salah satu cara kita untuk melestarikan budaya," ujar Rangga Nugraha mahasiswa Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG).
Menurut Rangga, gerakan tari Poco-Poco sama sekali tidak sulit. Ia bersama 250 orang teman-temannya dari STMKG hanya membutuhkan tiga kali latihan untuk menghafal gerakan tersebut. "Acaranya keren, bisa dibayangkan betapa ramainya peserta tadi," katanya.
Rangga juga merasa amat bangga dapat menjadi salah satu peserta dalam pemecahan GWR yang diadakan Minggu pagi itu.
Berdasarkan pantauan Antara, peserta pemecah rekor memenuhi ruas jalan di Jakarta Pusat dengan dominan warna merah dan putih.
Tari Poco-Poco massal dimulai dari pukul 06.45 WIB. Begitu musik dialunkan, mereka berjoget dengan teratur di barisan masing-masing.
Sebelumnya, pemecahan GWR Poco-Poco yang diikuti oleh 65.000 peserta di sela-sela kegiatan Hari Bebas Kendaraan antara Silang Monas, Bundaran Hotel Indonesia hingga kawasan Setia Budi juga menjadi perhatian seluruh warga Jakarta.
Acara itu dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.
Selain presiden dan wakil presiden, nampak juga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hadir bersama sejumlah menteri.
Pemecahan GWR yang dibuka Ibu Negara tersebut merupakan bagian dari upaya melestarikan budaya bangsa, mengokohkan persatuan, menyosialisasikan hajatan besar Asian Games 2018.
Sekaligus menunjukkan kepada dunia bahwa Poco-poco adalah asli milik Bangsa Indonesia.
Baca juga: 65.000 orang berupaya cetak rekor dunia poco-poco
Baca juga: MPR dukung pemecahan rekor MURI tari poco-poco