Jakarta (ANTARA) - PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) siap meningkatkan performa dan kinerjanya dengan cara mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan non-passenger (non-penumpang) antara lain dari jasa kargo udara.
"Potensi kargo udara di Indonesia sangat besar. Apalagi, bisnis e-commerce saat ini berkembang pesat, sehingga diproyeksikan dapat memberi dampak positif bagi perusahaan," kata Direktur Keuangan Garuda Indonesia, Fuad Rizal, di Jakarta, Senin.
Menurut Rizal, saat ini Garuda Indonesia menjadi pemain utama dalam bisnis kargo nasional.
"Di masa datang, Garuda diharapkan membesarkan porsi pendapatan dari kargo," ujarnya.
Selama ini pendapatan dari non-passenger masih di bawah dari pendapatan dari penjualan tiket penumpang.
"Kami akan terus berupaya meningkatkan bisnis kargo ini sehingga bisa memberikan dampak positif bagi perusahaan,” jelas Fuad Rizal.
Menurut catatan, pendapatan Garuda di segmen kargo sepanjang 11 bulan pertama 2018 naik 4,2 persen menjadi 208,7 juta dolar AS, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 200,3 juta dolar AS.
Laporan keuangan
Manajemen PT Garuda Indonesia Tbk mengatakan kebijakan memasukkan piutang menjadi pendapatan dalam laporan keuangan tahun 2018 tidak melanggar Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 23.
"Tidak melanggar (PSAK 23), karena secara subtansi pendapatan dapat dibukukan sebelum kas diterima. Tidak ada yang dilanggar perusahaan karena memasukkan piutang menjadi pendapatan," kata Direktur Keuangan Garuda Indonesia, Fuad Rizal dalam siaran persnya.
Menurut Fuad, PSAK 23 menyatakan tiga kategori pengakuan pendapatan yaitu penjualan barang, penjualan jasa dan pendapatan atas bunga, royalti dan dividen, di mana seluruhnya menyatakan kriteria pengakuan pendapatan yaitu pendapatan dapat diukur secara handal, adanya manfaat ekonomis yang akan mengalir kepada entitas, dan adanya transfer of risk.
Garuda Indonesia genjot pendapatan dari layanan kargo
Senin, 29 April 2019 16:29 WIB