Kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo Mujady D.Mario membantah alat mesin pertanian (alsintan) yang dipinjamkan kepada kelompok tani, hanya dikuasai oleh orang berduit.

Ia menjelaskan ada pihak yang menuding lemahnya pengelolaan alsintan oleh pihaknya, karena petani di Kabupaten Boalemo harus antri menggunakan alat "combine harvester".

Menurut Muljady, Kamis, penyebab adanya antrian di Kecamatan Wonosari  adalah keterbatasan alat dan luasnya lahan panen padi di kecamatan yang dikenal sebagai lumbung beras itu.

Ia menjelaskan, sebelumnya dinas pertanian melalui Program Brigade Alsitan mengalokasikan 10 unit combine harvester, khusus digunakan petani di Wonosari. 

Banyaknya kelompok tani yang meminjam dan ditambah masa panen yang nyaris bersamaan, membuat petani harus mengantri agar dapat menggunakan alat itu.

“Kalau katanya dikuasai oleh orang berduit, itu sama sekali tidak benar. panennya hampir berbarengan, luasannya di atas 1.000 hektar jadi pasti antri. Perlu juga diingat bahwa peminjaman alat di brigade alsintan itu gratis, yang dibayar hanya ongkos untuk operator dan BBM sesuai luas lahan panen. Itu pun uang dari peminjam langsung dibelanjakan, tidak masuk ke kami,” ungkapnya.

Ia menduga, riak-riak masalah petani Wonosari dipicu oleh penarikan alat dari Brigade Alistan, karena melebih batas waktu peminjaman dan cenderung ingin dikuasai pribadi tertentu. 

Padahal alat tersebut harusnya dipinjamkan bergilir, sesuai dengan permohonan ke Dinas Pertanian.

“Ada alat yang kami tarik dengan alasan tersebut. Mungkin karena itu kemudian ada yang membuat fitnah-fitnah seperti ini. Kami menghindari alat ini dikuasai orang tertentu, bahkan ada juga alat yang sampai dibawa ke Sulawesi Tengah. Barangnya kami tarik dan orangnya kita garis hitam untuk tidak lagi dipinjamkan,” ujarnya.

Sejak tahun 2015, Pemprov Gorontalo tidak lagi membagikan alsintan kepada petani secara gratis. 

Sebagai gantinya, dibentuklah Brigade Alsintan yang bertugas untuk menyimpan, menjaga, merawat dan meminjamkan  peralatan kepada petani.

"Kami pilih meminjamkan, karena kalau dibagikan malah cenderung dikuasai oleh kelompok tertentu, seolah-olah sudah jadi haknya dan petani lain tidak bisa meminjam. Selain itu, alsintan yang dibagikan gratis cenderung cepat rusak karena kurangnya rasa memiliki dan merawat," tambahnya.*

Pewarta: Debby H. Mano

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021